![]() |
Rizal Rajo Alam. |
Padang, Rakyatterkini.com - Kalah lagi! Dua kata yang terus mengiringi langkah tim Kabau Sirah Semen Padang (SP) di kancah Liga 1 2024.
Laga terakhir di Stadion Agus Salim, Jumat (25/10/2024) petang, tak hanya sekedar kalah. Tetapi juga diiringi sumpah serapan para penggemar Kabau Sirah. Kenapa tidak?
Di hadapan para pendukungnya, tim yang bermarkas di Bukit Indarung itu, dibantai habis-habisan oleh Egi Maulana Fikri dan kawan-kawan. Laga yang disaksikan pendukung yang sudah lama merindukan kehadiran tim kesayangannya, jutsru dipermalukan tim tamu Dewa United dengan skor fantastis, 1-8.
Inilah rekor gol terbesar sepanjang kompetisi Liga 1 musim ini. Bukan kalah di kandang lawan, tapi luluh lantak di kandang sendiri. Asa para fans SP untuk merayakan kemenangan di kandang menjadi paradoks. Dan akhirnya kecewa yang sangat mendalam.
Pelatih SP, Eduardi Almeira, mohon maaf atas kekalahannya. Seperti dalih ketika dikalahn PSBS Biak pekan lalu, pelatih asal Portugal itu menyebut kalau kualitas pemnain tidak memadai.
Eduardo boleh saja beralasan bahan yang tidak cukup mumpuni. Tetapi tak harus kalah sebesar itu juga. Sebagai pelatih yang punya reputasi dan pengalaman yang dinilai cukup, tak serta merta menyalahkan kualitas pemain.
Kekalahan dari PSBS Biak, mestinya ia suah menyiarkan dan siap dengan lankah apa yang akan diterapkan untuk tidak kalah lagi. Sebagai pelatih tunggal yang datang dari negara yang memproduksi para bintang sepakbola dunia, harus siap dengan ras baru untuk menghadapi Dewa United yang merekrut sejumlah pemain nasional itu.
Eduardo terkesan melempar batu sembunyi tangan. Harusnya ia siap mengatakan kalau kekalahan itu menjadi tanggung jawabnya. Kalau perlu pelatih asal negara CR-7 itu dengan “jantan” mengakui kekalahan itu karena ketidakmampuannya membangun tim yang lebih baik.
Bahkan, kalau perlu ia menyatakan mundur sebagai pelatih Semen Padang,karena gagal membawa perubahan pasca pemecatan pelatih Hendri Susilo. Begitu juga hendaknya manajemen Semen Padang. Harus lantang juga menyuarakan hal yang sama ketika memecat Hendri Susilo.
Tetapi Si Portugal ini nampaknya bernasib baik. Minimal untuk sementara waktu. Karena manajemen SP sudah menyuarakan bahwa ia akan dipertahankan menukangi Muhammd Iqbal dan kawan-kawan.
Mungkin manajemen juga menyadari bahwa pecat memecat bukanlah solusi. Paling belum belajar dari kasus pelatih asal Bukittinggi yang kini melatih Sriwijaya FC itu. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, memecat Hendri ibarat sakit kepala diberi obat sakit perut.
Kini, pasca kalah 1-8 dari Dewa United, Penasehat SPFC Andre Rosiade, marah besar. Kekalahan telak ini dinilai memalukan. Mertua Pratama Arhan itu kecewa dengan progres tim yang support habis-habisan. Lalu, tanpa memikirkan efek lainnya, Andrea mengatakan akan merevolusi Semen Padang, pada putaran kedua nanti. Karena transfer pemain baru, akan dibuka pada jedah putaran pertama.
Kemarahan mantan Aktivis 1998 itu tentu menyebar diberbagai media lokal dan nasional. Pasti, hal itu juga diketahu oleh para pemain Kabau Sirah.
Niat Andre untuk mengebrak kekuatan timnya melalui Revolusi besar-besaran pada putarn kedua nanti. Perlu acungan jempol. Namun momentumnya dinilai kurang pas. Karena akan berakibat kepada motivasi pemain yang ada kini. Pasti, akan mendegradasi motivasi pemain.
Sementara saat ini tim yang sarat pengalaman di pentas sepakbola Tanah Air, justru membutuhkan motivasi tambahan. Agar sisa pertandingan putaran pertama akan lebih baik. Paling tidak bisa menuai poin tambahan dan menjauh dari dasar klasemen sementara.
Pesepakbola, meski berlabel profesional, tetap saja manusia biasa. Punya rasa dan hati.. Motivasi yang semestinya mereka terima, justru diberi kabar petakut. Kalau di putaran kedua nanti mereka akan “dihabisi”.
Ini sangat paradoks dengan harapan untuk lebih baik. Semoga saja mereka tak “memanfaatkan” sisa pertandingan putaran pertama untuk menyelaraskan dengan kemarahan Andre. Semoga! (*)