Notification

×

Iklan

Ribuan Warga Tuntut PM Paetongtarn Mundur

Senin, 30 Juni 2025 | 04:35 WIB Last Updated 2025-06-29T21:35:00Z

Ribuan warga Thailand berkumpul di Monumen Kemenangan


Bangkok, Rakyatterkini.com – Ribuan warga turun ke jalan di ibu kota Thailand, Bangkok, menuntut Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra untuk mundur dari jabatannya. Aksi ini dipicu oleh bocornya rekaman percakapan telepon antara Paetongtarn dan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen.

Dilansir dari BBC, dalam pembicaraan yang membahas ketegangan terbaru di wilayah perbatasan Thailand-Kamboja, Paetongtarn terdengar menyapa Hun Sen dengan sebutan “paman” dan menyebut salah satu komandan militer Thailand yang menangani konflik tersebut hanya ingin “tampil keren” serta berbicara hal-hal yang tidak penting.

Isi percakapan tersebut memancing kemarahan publik. Meskipun demikian, Paetongtarn segera menyampaikan permintaan maaf dan menjelaskan bahwa ucapannya merupakan bagian dari strategi negosiasi diplomatik.

“Rakyat memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya, selama dilakukan secara damai,” ujar Paetongtarn sebelum bertolak menuju wilayah Thailand utara yang tengah dilanda banjir, dikutip Minggu (29/6/2025).

Unjuk rasa yang berlangsung pada Sabtu itu menjadi aksi protes terbesar sejak Partai Pheu Thai kembali memimpin pemerintahan pada 2023. Ribuan demonstran menantang derasnya hujan monsun sambil memblokade jalan di sekitar Monumen Kemenangan, Bangkok. Mereka mengibarkan bendera nasional dan mengangkat berbagai poster dengan slogan seperti “Perdana Menteri adalah musuh negara.”

Seorang peserta aksi berusia 70 tahun, Seri Sawangmue, kepada AFP mengatakan bahwa kehadirannya dalam demonstrasi adalah bentuk kepedulian terhadap kedaulatan negaranya. Ia menyebut Paetongtarn tidak pantas memimpin.

“Saya sudah menyaksikan berbagai krisis politik sebelumnya dan saya tahu arah situasinya,” ucapnya.

Paetongtarn merupakan anak dari mantan PM Thaksin Shinawatra, yang pernah digulingkan dan kembali ke Thailand pada Agustus lalu setelah 15 tahun hidup di pengasingan. Ia menjabat sebagai perdana menteri selama 10 bulan dan menjadi perempuan kedua yang menduduki posisi tersebut setelah bibinya, Yingluck Shinawatra.

Gelombang aksi ini didorong oleh aliansi oposisi yang selama lebih dari 20 tahun konsisten menentang dominasi politik keluarga Shinawatra. Selain membawa bendera dan poster, massa juga terlihat menggunakan payung untuk berlindung dari hujan.

Sementara itu, Mahkamah Konstitusi dijadwalkan akan memutuskan pada Selasa mendatang apakah akan menerima petisi dari sejumlah senator yang meminta pemberhentian Paetongtarn, dengan tuduhan melanggar etika dan tidak profesional terkait percakapannya dengan Hun Sen.

Sebagai latar belakang, pembicaraan telepon itu berkaitan dengan konflik terbaru di perbatasan yang meningkat pada akhir Mei, setelah seorang tentara Kamboja dilaporkan tewas dalam insiden bentrokan. Ketegangan ini disebut sebagai yang paling serius dalam satu dekade terakhir antara kedua negara.

Hubungan antara Thailand dan Kamboja memang telah lama tegang sejak masa kolonial Prancis, yang menetapkan garis perbatasan keduanya lebih dari seratus tahun lalu. Saat ini, Kamboja bahkan telah memberlakukan larangan impor dari Thailand, mencakup makanan, listrik, hingga tayangan hiburan seperti drama dan film.

Meski hubungan diplomatik tengah memanas, ikatan pribadi antara keluarga Shinawatra dan Hun Sen tetap erat. Ayah Paetongtarn dan ayah Hun Sen bahkan saling menganggap sebagai saudara baptis, menjalin hubungan yang telah berlangsung selama puluhan tahun.(da*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update