Notification

×

Iklan

Cuaca Ekstrem Masih Terjadi Meski Musim Kemarau

Rabu, 04 Juni 2025 | 09:15 WIB Last Updated 2025-06-04T04:01:12Z

Ilustrasi

Jakarta, Rakyatterkini.com – Meski secara klimatologis Indonesia sudah memasuki musim kemarau pada akhir Mei 2025, sejumlah daerah masih mengalami cuaca ekstrem yang ditandai dengan hujan lebat. 

Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa dalam satu pekan terakhir, curah hujan masih terjadi di berbagai wilayah di tanah air.

Intensitas hujan yang tinggi tercatat, misalnya di Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau, yang mencapai 155,4 mm dalam sehari pada 29 Mei, serta di Bantilan, Sulawesi Tengah, yang mencatat curah hujan sebesar 193,2 mm pada 27 Mei.

Menurut BMKG, tingginya intensitas hujan dalam beberapa hari terakhir ini disebabkan oleh kombinasi fenomena atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang atmosfer yang meliputi Rossby Ekuatorial, Kelvin, serta gelombang frekuensi rendah.

“Pelemahan angin monsun dari Australia, terutama di wilayah selatan Indonesia, turut berkontribusi terhadap ketidakteraturan musim kemarau di beberapa daerah,” ungkap BMKG dalam keterangan resminya pada Rabu (4/6/2025).

BMKG menambahkan, hal ini terlihat dari indeks monsun Australia yang berada di bawah nilai rata-rata klimatologis, serta keberadaan massa udara kering yang terperangkap di kawasan Samudra Hindia bagian selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Timur. 

Kondisi tersebut memicu terbentuknya zona perlambatan angin (konvergensi) dan pertemuan angin (konfluensi) di sekitar garis ekuator, yang kemudian mendorong pembentukan awan-awan konvektif di wilayah tersebut.

Keadaan atmosfer yang relatif basah ini diperkirakan masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan, terutama di wilayah selatan Indonesia, dengan dukungan dari dinamika tropis dan kondisi topografi setempat. 

Aktivitas gelombang ekuator seperti MJO dan gelombang Kelvin meningkatkan peluang pembentukan awan-awan konvektif yang bisa menimbulkan hujan.

Selain itu, BMKG juga mencatat adanya ketidakstabilan atmosfer pada skala lokal yang dipengaruhi oleh interaksi angin darat dan angin laut serta faktor geografis lainnya, yang memperkuat potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada siang hingga sore hari, sering kali disertai petir dan kilat secara tidak merata dan dalam waktu singkat.

Menghadapi kondisi atmosfer yang dinamis ini, BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem meskipun sudah memasuki musim kemarau. Dalam beberapa hari ke depan, wilayah Sulawesi, Maluku Utara, dan sebagian Papua diperkirakan masih akan mengalami hujan dengan durasi lama.

“Meski demikian, hujan deras dengan durasi singkat yang disertai petir, kilat, dan angin kencang masih berpotensi muncul secara tiba-tiba di berbagai daerah. Oleh karena itu, kami menghimbau masyarakat untuk selalu mengikuti informasi cuaca resmi dan melakukan langkah mitigasi guna meminimalisir risiko bencana hidrometeorologi,” tutup BMKG. (da*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update