Agam, Rakyatterkini.com– Badan Geologi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan letusan Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, terjadi pada Rabu pukul 09.42 WIB akibat peningkatan aliran fluida dari dalam perut bumi.
Menurut Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, melalui siaran pers yang diterima di Padang pada hari Rabu, letusan tersebut dipicu oleh peningkatan suplai fluida yang terlihat dari peningkatan aktivitas gempa vulkanik dangkal.
Ia menjelaskan bahwa pada 12 Mei 2025, tercatat 15 kali gempa vulkanik dangkal, kemudian meningkat menjadi 31 kali pada 14 Mei antara pukul 00.00 hingga 11.00 WIB. Saat letusan terjadi, Pos Gunung Api mencatat kolom abu vulkanik mencapai ketinggian sekitar 1.600 meter dari puncak gunung.
“Abu vulkanik berwarna abu-abu dengan intensitas tebal mengarah ke timur laut. Diperkirakan abu tersebut menyebar ke wilayah Payakumbuh,” tambah Wafid.
Dari hasil analisis, Badan Geologi menilai bahwa aktivitas vulkanik Gunung Marapi masih dalam kategori tinggi dengan status Level II atau Waspada sejak 1 Desember 2024 hingga saat ini. Gunung ini mulai mengalami erupsi pada 3 Desember 2023 dan terus berlangsung dengan pola yang tidak berkelanjutan, namun cenderung menurun secara fluktuatif.
Saat ini, status Gunung Marapi masih pada Level II (Waspada). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan himbauan agar masyarakat, wisatawan, dan pengunjung tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari pusat erupsi di Kawah Verbeek.
PVMBG juga mengingatkan potensi bahaya lahar dingin terutama bagi penduduk yang tinggal di sepanjang aliran sungai yang berasal dari puncak gunung. Risiko tersebut meningkat terutama saat musim hujan atau saat terjadi hujan lebat. Masyarakat juga disarankan menggunakan masker penutup hidung dan mulut saat terjadi hujan abu untuk mengurangi risiko gangguan pernapasan.(da*)