Notification

×

Iklan

Rupiah Anjlok ke Level Terendah, Sentuh Rp16.575 per Dolar AS

Sabtu, 01 Maret 2025 | 02:30 WIB Last Updated 2025-02-28T19:30:00Z

ilustrasi


Jakarta, Rakyatterkini.com– Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan signifikan, mencapai titik terendah sepanjang sejarah. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah saat ini berada di level Rp16.575 per dolar AS, melemah 0,79% dibandingkan hari sebelumnya.


Posisi ini bahkan lebih rendah dari nilai tukar rupiah saat pandemi Covid-19 melanda pada Maret 2020, yang kala itu ditutup di angka Rp16.550 per dolar AS. Namun, rupiah belum menyentuh rekor terlemah intraday pada bulan yang sama, yaitu Rp16.620 per dolar AS.


Dampak Kebijakan Tarif AS terhadap Rupiah

Myrdal Gunarto, Ekonom Bank Maybank Indonesia, menyebut bahwa pelemahan rupiah dipengaruhi oleh volatilitas pasar serta aksi ambil untung investor. Selain itu, kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump, yang memberlakukan tarif impor baru terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok sejak 25 Maret, turut memperburuk kondisi rupiah.

Sejarah Kejatuhan Rupiah: Krisis 1998, 2008, 2013, dan 2020

Fluktuasi nilai tukar rupiah bukanlah hal baru. Pada krisis moneter 1997/1998, yang berawal dari kebijakan pelepasan nilai tukar tetap oleh Thailand terhadap dolar AS, perekonomian Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terguncang hebat. Saat itu, rupiah melemah dari Rp4.650 per dolar AS pada akhir 1997 menjadi Rp7.300 per dolar AS di November 1998. Bahkan, sempat menyentuh Rp16.800 per dolar AS pada pertengahan 1998.


Pada 2008, krisis finansial global yang dipicu oleh skandal subprime mortgage menyebabkan rupiah terdepresiasi dari kisaran Rp9.000 per dolar AS pada Januari menjadi lebih dari Rp12.000 per dolar AS di akhir tahun.


Kemudian, pada 2013, saat terjadi gejolak taper tantrum, rupiah melemah dari Rp9.630 per dolar AS menjadi Rp12.160 per dolar AS di akhir tahun. Faktor eksternal, seperti kebijakan ekonomi AS dan perlambatan ekonomi Eropa, memperburuk kondisi rupiah.


Pada 2020, pandemi Covid-19 kembali membuat rupiah terpuruk hingga Rp16.550 per dolar AS di Maret. Kapital outflow besar-besaran akibat aksi jual investor di pasar saham dan obligasi memperparah tekanan terhadap rupiah.


Faktor Pemicu Pelemahan Rupiah Saat Ini

Di awal tahun ini, rupiah telah mengalami depresiasi lebih dari 3% secara year to date (ytd), dengan posisi terlemah di Rp16.575 per dolar AS.


Salah satu faktor yang memengaruhi adalah kebijakan tarif baru Presiden AS Donald Trump terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25%, serta tambahan 10% untuk Tiongkok, yang mulai berlaku pada 4 Maret.


Selain itu, meningkatnya permintaan dolar AS di dalam negeri untuk pembayaran utang dan bunga, serta kebutuhan impor menjelang bulan puasa dan Idul Fitri, turut berkontribusi terhadap tekanan rupiah.


Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menilai faktor eksternal masih menjadi penyebab utama pelemahan rupiah. Pasar masih mengantisipasi dampak negatif dari kebijakan tarif AS, sementara data ekonomi AS menunjukkan adanya tekanan inflasi yang dapat mendorong The Fed menunda pemangkasan suku bunga.


Dengan kondisi global yang masih penuh ketidakpastian, pelaku pasar terus mencermati pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu ke depan.(da*)



IKLAN



×
Berita Terbaru Update