Notification

×

Iklan

Nestapa Ribuan Warga Sungai Besar, Kuansing Berjuang Hidup Dalam Kawasan Hutan

Senin, 03 Februari 2025 | 18:01 WIB Last Updated 2025-02-03T11:01:18Z

Gedung SD dari swadaya warga Dusun Tikam Gajah apa adanya tanpa jendela.

Kuansing, Rakyatterkini.com - Selama belasan tahun ribuan warga dusun Tikam Gajah, dan dusun 4, Desa Sungai Besar, Pucuk Rantau, Kuansing, Riau hidup dalam kondisi kekurangan.

Mereka terpaksa menjalani hidup dengan keadaan serba kekurangan fasilitas infrastruktur dasar sebagaimana layaknya kehidupan warga negara Indonesia.

Warga yang berdomisili di wilayah kawasan hutan lindung bukit betabuh itu, hingga kini belum mendapatkan fasilitas pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum lainnya yang layak.

Saat musim hujan berkepanjangan, akan berdampak signifikan terhadap kelangsungan produktivitas usaha pertanian meraka yang mayoritas berkebun kelapa sawit. 

Seperti saat ini, hujan tak menentu membuat aktivitas memanen sawit terganggu. Itu lantaran jalan tanah menjadi licin sehingga petani tak bisa menjual hasil panen.

Begitupun ketika kemarau, debu berterbangan tak hanya dijalanan tapi juga menyelimuti permukiman. Kondisi itu sangat berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.

Kondisi lingkungan yang tidak sehat sejak belasan tahun itu, membuat warga tidak nyaman dan sering mengalami sakit gangguan pernafasan. 

Salah seorang warga setempat, Lunas Perangin-angin mengatakan, kondisi serba kekurangan itu sudah dijalani dirinya dan warga lainnya sejak belasan tahun lalu.

Dia menjalani kehidupan bersama keluarga bertahun tahun di kawasan ini dengan sabar dan ikhlas. Untuk membiayai hidup ia dapat dari hasil kebun sawit yang tidak begitu luas.

"Untuk membiayai hidup keluarga saya ada usaha kebun sawit sekitar 3 hektare. Kebun saya bangun sejak sekitar 12 tahun lalu," kata perangin-angin, Minggu (3/2/2025).

Sementara, Abdul Halim (73) yang tinggal di dusun Tikam Gajah selama belasan tahun mengaku sabar dan tetap semangat mejalani kehidupan dalam keadaan serba kekurangan.

Halim menyadari, tidak adanya perhatian dan sentuhan pembangunan dari pemerintah selama ini, lantaran wilayah tersebut berada dalam kawasan hutan lindung.

Selama ini, ia dan warga lainnya selalu menggalakkan sistem gotong royong dan swadaya untuk membangun fasilitas umum seperti pasar, rumah ibadah dan sarana sekolah.

"Kebutuhan seperti sekolah, rumah ibadah dan pasar kita bangun secara swadaya. Meskipun jauh dari kata layak, tapi setidaknya bisa mengakomodir kebutuhan warga," sebut Halim.

Halim berharap kondisi yang memprihatinkan dialami ribuan masyarakat ini, kedepan dapat berubah lebih baik karena adanya bantuan pembagunan dari pemerintah.

"Yang utama sekali soal kepastian hukum. Kami sangat berharap pemerintah pusat mengeluarkan permukiman kami dari kawasan hutan. Sehingga menjadi legal," harap Halim.

Harapan yang sama juga disampaikan Putra, mewakili ribuan warga lainnya tersandra dari satatus hutan, berharap Kementerian Kehutanan merubah status hutan tempat pemukiman dan perkebunan mereka.

"Kami berharap status wilayah secepatnya selesai. Kasian kami warga yang sudah belasan tahun tinggal disini hidup serba kekurangan dan tak ada kenyamanan karena tanah berstatus kawasan hutan," katanya. (hend)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update