Rel Kereta Api Ombolin Singkarak. |
RAKYATTERKINI.COM - Rel kereta api di Sumatera Barat merupakan warisan sejarah zaman penjajahan tempo doeloe. Pembangunan rel kereta ini mengandung cerita tentang kerja keras nenek moyang yang dipaksa oleh pemerintahan penjajahan Belanda.
Tujuan awal dari pembangunan jaringan kereta api di Sumatera Barat adalah untuk menghubungkan Kota Padang dengan tambang-tambang batu bara di Ombilin.
Namun, pembangunan rel kereta ini juga memiliki latar belakang politik dan militer, terutama terlihat di Aceh, dimana Belanda ingin menguasai daerah tersebut dengan cepat.
Pembangunan jalur kereta api di Pulau Sumatera terus berlanjut, meskipun masih kalah pesat dibandingkan dengan pembangunan di Jawa.
Saat ini, pemerintah provinsi Sumatera Barat, di bawah pimpinan Gubernur Mahyeldi, tengah merencanakan reaktivasi sejumlah jalur kereta api yang telah lama tidak aktif.
Rencana reaktivasi tersebut mencakup jalur Padang-Padang Pariaman-Kayu Tanam, Padang Panjang-Sawahlunto, Padang Panjang-Bukittinggi, dan Bukittinggi-Payakumbuh.
Proses koordinasi intensif dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan sedang berlangsung, bahkan upaya untuk mencari lokomotif yang sesuai dengan kondisi jalur rel di Sumatera Barat telah dilakukan, dengan kemungkinan mendatangkan lokomotif dari Swiss.
Pengaktifan kembali jalur kereta api ini diharapkan tidak hanya meningkatkan sektor transportasi, tetapi juga menghidupkan kembali nostalgia masa lalu serta membuka peluang baru bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Sumatera Barat.
Jalur kereta api di Sumatera Barat memiliki sejarah yang panjang, dimulai sejak zaman penjajahan Belanda dengan pembangunan jalur Pulau Air ke Padang Panjang pada 6 Juli 1887, yang kemudian diteruskan hingga Bukittinggi sepanjang 90 kilometer dan mulai dioperasikan pada November 1891.
Meskipun banyak ruas kereta api di Sumatera Barat yang sudah tidak aktif, rencana untuk mengaktifkannya kembali telah menjadi prioritas.
Ini membuka peluang baru untuk menjaga dan menghargai warisan sejarah kolonial serta memperkaya perjalanan sejarah bangsa Indonesia. (*)