Notification

×

Iklan

Tradisi Warga Simancuang, Turun ke Sawah 'Bantai Kabau nan Gadang'

Minggu, 29 Mei 2022 | 08:15 WIB Last Updated 2022-05-29T01:15:54Z

Kerbau yang akan dibantai (sembelih).


Solsel, Rakyatterkini.com – Turun ka sawah, dengan tradisi membantai (menyembelih) kabau nan gadang (kerbau besar), digelar warga Jorong Simancuang, Nagari Alam Pauh Duo, Kecamatan Pauh Duo, Solok Selatan, Sabtu (28/5/2022).


Tradisi mambantai kabau nan gadang itu merupakan kegiatan tahunan yang menandakan akan dimulainya tanam padi atau turun ke sawah.


Sebelum turun ke sawah, dilakukan upacara penyembelihan kerbau, dan kemudian makan bersama berhidang dengan 'jamba' dihadiri seluruh niniak mamak/penghulu adat, dan instansi pemerintah, DPRD setempat.


Bupati Solok Selatan, Khairunas dihadapan warga Simancuang menjelaskan beberapa pembangunan di Solok Selatan pada Tahun 2022, salah satunya peningkatan jalan menuju Simancuang telah dianggarkan sebesar 4.5 M, yang mana saat ini dalam proses pelelangan.


Terkait blankspot di Simancuang, saat ini juga sedang diupayakan. Untuk itu, Bupati menghimbau warga, melalui perangkat jorong dan nagari untuk dapat menghibahkan tanah 10X10 M untuk pembangunan tower.


Terkait tradisi membantai kabau nan gadang, pertanda dimulainya turun ke sawah, Bupati berpesan agar dalam dalam proses penanaman padi minimal dilakukan dua kali dalam setahun.


Pemerintah daerah akan memberikan bantuan pupuk untuk warga Simancuang, diharapkan produksi padi lebih besar, sehingga bisa menjadi daerah penyumbang padi di Solok Selatan.


Ketua pelaksana kegiatan, Edison, menyebutkan tradisi membantai kabau nan gadang ini merupakan kegiatan yang dilakukan setiap tahun, hari ini merupakan yang ke-60.


Tradisi ini merupakan kesepakatan akan dimulainya pengolahan lahan persawahan, yang tujuannya antara lain untuk menyerentakkan menanam padi di sawah agar terhindar dari hama tanaman.


Biaya untuk pembelian kerbau yang disembelih berasal dari swadaya masyarakat, yang bergotong royong mengumpulkan iuran sehingga terselenggaranya acara 'mambantai’ ini.


Jorong Simancuang juga terkenal dengan hutan desa atau hutan nagari yang mendapat perhatian dunia internasional, dimana perwakilan dari 13 negara yang berasal dari 3 benua mengunjungi daerah tersebut pada 2014 silam. 


Masyarakat Simancuang mampu mengelola dan menjaga hutan yang tersisa secara alami sehingga memberikan dampak positif bagi warga dalam peningkatan ekonomi. 


Pengelolaan hutan oleh masyarakat tradisional melalui hutan nagari jauh lebih baik, karena kealamian hutan dapat terjaga dengan baik.


Ketua DPRD Solok Selatan, Zigo Rolanda, mengapresiasi masyarakat Simancuang, yang selalu mempertahankan tradisi dengan mengagendakan turun ke sawah dengan membantai ternak.


"Ini merupakan wujud syukur kepada Allah SWT, semoga akan dimulainya tanam padi ke sawah, berjalan sesuai yang diharapkan sampai panen nantinya," ucapnya.


Kepala Dinas Pertanian Solok Selatan, Nurhayati, menerangkan musim tanam Jorong Simancuang dimulai pada Mei, dengan lahan pertanian padi seluas 198 Ha, dimulai dengan pembibitan, penanaman, penyisipan, pemupukan pertama dan kedua serta panen diperkirakan pada September sampai Oktober 2022. (alwis)



IKLAN



×
Berita Terbaru Update