Notification

×

Iklan

Gempa Nias Selatan, Ini Penjelasan BMKG

Senin, 14 Maret 2022 | 14:31 WIB Last Updated 2022-03-14T07:31:23Z

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.


Jakarta, Rakyatterkini.com - Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkap skenario terburuk dari gempa M 6,7 di Nias Selatan. Dia menyebut gempa Nias Selatan pagi ini berada di zona Megathrust yang skenario terburuknya M 8,9. BMKG menegaskan hal itu bukan prediksi. 


Dwikorita awalnya menjabarkan pusat gempa Nias Selatan pagi ini berada di laut. Pusat gempa berdekatan dengan gempa besar pada 1797 dengan magnitudo 8,5.


"Jadi gempa saat ini lokasinya berdekatan dengan gempa yang terjadi sekitar 25 tahun yang lalu. Diperkirakan magnitudonya saat itu 8,5 jadi lebih besar dari saat ini," kata Dwikorita, Senin (14/3/2022), seperti dikutip dari detikcom.


Dia menjabarkan sepanjang sejarah, gempa yang terjadi di lokasi tersebut sebanyak 16 kali. Beberapa di antaranya mengakibatkan ratusan orang meninggal. Adapula gempa yang menyebabkan tsunami pada 1797 dan 2009.


"Jadi zona atau segmen Mentawai ini segmen yang aktif. Terjadi beberapa kali gempa-gempa yang tercatat dan yang terjadi hari ini juga di segmen Mentawai tetapi bagian Siberut," kata Dwikorita.


"Pada gambar terlihat pusat gempa yang warna hitam pada 2022 magnitudo 6,7. Yang tahun 1797 warnanya merah magnitudo 8,5 terlihat betapa dekatnya karena merupakan sumber gempa yang sama, yaitu gempa megathrust," imbuhnya.


Dwikorita mengatakan para pakar gempa telah memperhitungkan jika terjadi pergerakan pada segmen megathrust. Skenario yang terburuk, gempa bisa terjadi mencapai magnitudo 8,9.


"Para pakar gempa telah memperhitungkan apabila segmen megathrust ini bergerak, maka pada kondisi skenario terburuk magnitudonya dapat mencapai 8,9. Tapi alhamdulillah pagi hari ini magnitudo 6,7 bukan magnitudo 8,9. Magnitudo 8,9 itu adalah perkiraan maksimum yang dapat terjadi berdasarkan perhitungan panjang segmen dan kecepatan pergerakan di bidang pergeseran," paparnya.


Dwikorita menegaskan, magnitudo 8,9 bukan prediksi gempa. Dia mengatakan pernyataannya itu sebagai mitigasi bencana.


"Ini bukan prediksi. Kita tidak akan tahu apakah itu akan terjadi, insyaallah tidak terjadi. Namun untuk mitigasi apabila sewaktu-waktu terjadi kita perlu mewaspadai dengan cara menyiapkan tata ruang yang benar-benar memperhatikan potensi guncangan tanah," imbuhnya.


Dwikorita mengatakan sudah melakukan pemetaan zona mana yang akan terguncang kuat jika gempa terjadi di titik yang sama. Dia meminta ada perhatian pada bangunan di zona-zona yang teridentifikasi sebagai zona bahaya.


"Jadi angka 8,9 bukan ramalan, bukan prediksi tapi angka untuk mitigasi menyiapkan tata ruang building coat dan langkah mitigasi lainnya," katanya. (*/lk)



IKLAN



×
Berita Terbaru Update