Irfan sedang mengisi santan kelapa di kedainya. |
Padang, Rakyatterkini.com - Udara siang itu sedikit gerah. Meski, sang surya tak menampakkan dirinya. Namun, cuaca terasa menyengat. Hilir mudik dan lalu lalang jalan raya, bersileweran kendaraan silih berganti. Tak jauh dari Simpang Balai Baru, agak dekat ke SMPN 18 Padang, nampak jelas spanduk bertuliskan Santan kelapa Melisa.
Pemilik usaha itu adalah Irfan, 38. Salah seorang korban dari pandemi Covid-19. Lelaki kelahiran Sungai Geringging, Kabupaten Padang Pariaman itu, tidak kehilangan akal, meski akibat pandemi ia tak bisa kembali ke Malaysia.
Suami dari Aura, 32, justru malah merasa paling beruntung dan bahagia. Dengan kondisi tersebut, dia bisa berkumpul dengan istri dan anak-anak tercinta. Agaknya, sengsara membawa nikmat. Begitu kata-kata yang pas diucapkan kepadanya.
"Karena tak bisa balik, maka saya putuskan buka usaha santan kelapa. Padahal, sudah empat belas tahun di negeri Jiran, bekerja pada perusahaan konveksi, tapi karena kondisi, ya saya pun memilih berdikari dan mengadu nasib di Kota Padang," tutur ayah tiga anak ini kepada Rakyatterkini.com di Padang, Selasa (8/2/2022).
Memilih usaha santan kelapa, sambung Irfan, lantaran usaha tersebut dicari serta menjadi kebutuhan manusia. Terlebih lagi, momen besar seperti jelang puasa, lebaran, hari raya qurban serta tahun baru, santan kelapa menjadi laris manis dan diserbu pembeli.
"Berdasarkan kebutuhan itulah akhirnya saya membuka usaha ini. Kini, sudah pula membuka cabang kedua," ucap Irfan, yang memberi nama usahanya Santan Kelapa Melisa yang berada persis di depan SMPN 18 Padang, Balai Baru, Kecamatan Kuranji. Untuk cabang kedua, lanjutnya, usahanya berada di bilangan Tabing.
Menurut Irfan, yang sering disapa Ajo itu, keberadaan santan kelapa di Balai Baru sudah dua tahun. Dari waktu ke waktu, terus menunjukkan peningkatan. Tak heran, dalam sepekan ia bisa menghabiskan 1.000 buah kelapa, bahkan lebih.
Hebatnya lagi, Santan Melisa mampu memberi layanan khusus, dimana siap antar sampai ke alamat. Itu juga tidak memungut biaya alias ongkos kirim. Katanya, semua biaya pengantaran gratis. Tak ayal, banyak pelanggan yang ia raih dari pedagang seperti rumah makan, kedai sarapan pagi, catering sampai pesta perkawinan.
"Kelebihan kita hanya soal pelayanan dan kualitas. Santan kelapa yang kita jual mampu membuat pembeli puas. Buktinya, mereka kembali datang dan berbelanja santan di tempat usaha ini," paparnya sembari menambahkan kini omset perhari tembus Rp1 juta hingga Rp1,5 juta.
Kelapa yang ia peras dengan alat canggih yang menghabiskan modal awal senilai Rp50 juta itu, membuat usahanya semakin maju. Saban hari mengalami peningkatan. Tak hanya itu, bila musim panen bagi pengusaha santan kelapa, ia mesti mendatangkan karyawan tambahan.
"Biasanya jelang Lebaran Idul Fitri dan momen Idul Adha," pungkasnya seraya menambahkan perkilogramnya santan kelapa dijual seharga Rp12 ribu. (yas)