Notification

×

Iklan

Pentingnya Peran Keluarga Cegah Kekerasan Seksual di Dunia Maya

Rabu, 11 Juni 2025 | 02:36 WIB Last Updated 2025-06-10T19:36:00Z

Ilustrasi


Jakarta, Rakyatterkini.com – Psikolog Klinis RSUD Wangaya Kota Denpasar, Nena Mawar Sari, S.Psi., Psikolog, Cht, menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menangani maraknya kekerasan seksual di ranah digital. Kolaborasi antara pemerintah, orang tua, dan institusi pendidikan dinilai menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan dan penanggulangan.

"Masalah ini tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Dibutuhkan kerja sama dari berbagai elemen untuk mencari solusi secara menyeluruh," ujar Nena pada Senin (9/6).

Menurut Nena, peran keluarga sangat krusial dalam melindungi anak dari potensi ancaman kekerasan seksual digital. Ia menyoroti pentingnya membangun komunikasi yang terbuka dan penuh kehangatan antara orang tua dan anak.

“Kita tidak tahu apa yang mereka hadapi di luar, entah lewat game online, perjudian, atau konten pornografi. Oleh karena itu, rumah harus menjadi tempat paling aman bagi anak untuk berbagi cerita,” jelasnya.

Lingkungan keluarga yang suportif, lanjut Nena, akan membantu anak merasa nyaman saat membicarakan isu-isu sensitif dan mencegah mereka membuat keputusan yang gegabah ketika menghadapi situasi berisiko.

Di sisi regulasi, Nena mendorong pemerintah untuk memperkuat perlindungan di dunia maya, baik melalui penguatan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) maupun dengan penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pelaku kekerasan seksual digital.

“Dunia maya juga perlu diawasi secara aktif. Kehadiran aparat penegak hukum dalam memantau aktivitas digital sangat penting agar praktik kekerasan seksual dapat dicegah sejak dini,” ujar Nena yang juga merupakan psikolog di Klinik Bali Psikologi.

Dari aspek pendidikan, ia menyarankan adanya integrasi materi edukatif di sekolah yang membahas batasan tubuh, aspek emosional, serta kesehatan reproduksi, guna membekali anak dengan pemahaman menyeluruh tentang risiko kekerasan seksual.

“Guru, orang tua, tenaga medis, dan psikolog harus bersatu dalam menyusun kurikulum pendidikan seksual yang sesuai usia, agar anak memiliki pengetahuan dan perlindungan diri yang memadai,” tambahnya.

Nena berharap pendekatan kolaboratif dan menyeluruh ini dapat menjadi strategi jangka panjang dalam menanggulangi kekerasan seksual, khususnya di ruang digital yang kian sulit dikendalikan.(da*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update