Palu, Rakyatterkini.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus memperkuat upaya pencegahan penyebaran ideologi kekerasan melalui peningkatan literasi dan pemahaman masyarakat. Salah satu langkah nyata dilakukan dengan menggelar acara Bedah Buku Seri “Tercerahkan dalam Kedamaian” di Palu, Sulawesi Tengah, pada Senin (23/6).
Koordinator Analisa dan Evaluasi Penegakan Hukum BNPT, Rahmat Sori Simbolon, menegaskan bahwa ideologi kekerasan kini tidak hanya menyasar kelompok tertentu, namun telah menjangkau masyarakat umum. Untuk itu, pendekatan literasi yang masif dinilai sangat penting.
“Kami perlu bergerak bersama, memperluas edukasi, pemahaman, dan literasi kepada seluruh lapisan masyarakat,” ujar Rahmat dalam pernyataan tertulis yang dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (26/6).
BNPT menggandeng akademisi, peneliti, birokrat, hingga mantan narapidana terorisme (napiter) untuk menyusun kajian terhadap 15 buku yang memiliki pengaruh besar di lingkungan kelompok ekstrem. Dari kajian ini, lahirlah dua buku edukatif dan reflektif, yakni Tercerahkan dalam Kedamaian: Secercah Kisah Mantan dan Tercerahkan dalam Kedamaian: Menggali Akar Radikal Terorisme di Indonesia.
Salah satu penulis, Alfindra Primaldhi, menjelaskan bahwa proses radikalisasi dapat terjadi melalui pendekatan psikologis yang dikenal dengan metode 3N:
Needs (kebutuhan eksistensial individu untuk menemukan makna hidup),
Narratives (narasi ideologis yang membenarkan tindakan kekerasan),
Networks (dukungan jaringan sosial yang memperkuat keyakinan tersebut).
Sementara itu, Fatayat Nahdlatul Ulama Sulawesi Tengah memiliki strategi pencegahan tersendiri, khususnya bagi perempuan dan anak—kelompok yang semakin rentan terpapar ideologi kekerasan.
Perwakilan Fatayat Sulteng, Wulandari, menyebut pihaknya aktif memberikan pendampingan serta menyelenggarakan diskusi literasi keluarga. Kegiatan ini dilakukan bersama Badan Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional (BP2AI) serta ibu-ibu PKK di tingkat kecamatan dan desa.
“Kami mengangkat tema-tema seperti pemanfaatan internet yang bijak dan akses bacaan yang sesuai untuk anak-anak. Tujuannya agar keluarga dapat menjadi garda terdepan dalam mencegah penyebaran paham radikal,” jelas Wulandari.
Acara bedah buku ini dihadiri oleh berbagai pihak dari lintas sektor di Sulawesi Tengah, antara lain Majelis Ulama Indonesia (MUI), NU, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), mitra deradikalisasi, serta perwakilan dari Kejaksaan dan Dinas Pendidikan Kota Palu.(da*)