Padang Pariaman, Rakyatterkini.com- Wakil Menteri (Wamen) UMKM Republik Indonesia, Helvi Moraza, secara resmi membuka Festival Juadah yang digelar di Nagari Toboh Gadang Barat, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Diketahui, Juadah merupakan tradisi dari Sumatera Barat yang populer di era 70-an dan saat ini sudah mulai terlupakan. Juadah sendiri merupakan sekumpulan makanan adat yang terdiri dari kanji, wajik, jalabio, aluo, kipang dan rambuik-rambuik yang telah disatukan di atas dulang yang disusun rapi.
Juadah biasanya menjadi semacam kiasan dari orangtua laki-laki yang meinginkan kehadiran menantu dengan mengatakan bahwa orangtuanya ingin memakan juadah, dalam hal ini, juadah biasanya befungsi sebagai hantaran makanan yang dibawa oleh pihak perempuan kepada laki-laki dalam tradisi baralek (hajatan) dalam menerima menantu di Minangkabau.
Untuk membangkitkan kembali tradisi itu, pemerintah daerah setempat menggelar Festifal Juadah 2025 sekaligus dalam rangka mebangkitkan gairah UMKM di daerah itu.
Wamen Helvi Moraza menekankan pentingnya tiga pilar utama dalam pengembangan UMKM yakni, pendidikan kewirausahaan, akses permodalan, dan pembukaan pasar.
Menurutnya, Festifal Juadah itu membuktikan bahwa tradisi dapat dilestariakan sekaligus membawa nilai tambah bagi suatu daerah.
Kegiatan ini membuka kesempatan hadirnya UMKM khususnya industri kuliner. Festifal ini dapat dilakukan secara masal di Sumatera Barat guna melestarikan tradisi sekaligus membawa nilai tambah.
“Kami sangat mendukung setiap langkah dan upaya pemerintah daerah dalam memajukan UMKM. Tradisi dan kekhasan nagari-nagari di Sumatera Barat, jika disandingkan dengan potensi ekonomi, akan membangkitkan ekonomi masyarakat lokal,” ujar Helvi dalam acara pembukaan festival Juadah di Padang Pariaman, Sabtu (11/5).
Festifal Juadah 2025 ini menjadi wujud loyalitas terhadap budaya lokal yang selama ini dijunjung tinggi oleh nenek moyang. Dibalut dengan inovasi baru, Festifal Juadah sepatutunya menjadi inovasi dalam penyelenggaraan kegiatan daerah yang mengangkat budaya lokal.
Selain itu, Festival Juadah menjadi wajah ekonomi rakyat yang mungkin tak glamor, tapi mampu menghidupi banyak keluarga, sebuah tradisi yang terus hidup, menjadi denyut nadi ekonomi rakyat serta merupakan ruang sosial yang merangkul semua kalangan.
“Kami melihat bagaimana tradisi dapat menjadi penggerak geliat UMKM. Ini adalah salah satu cara nyata dalam menanggulangi kemiskinan,” sebut dia.
Pada kesempatan itu, Bupati Padang Pariaman John Kenedy Azis (JKA) menyampaikan terimakasih atas dukungan dari Kementerian UMKM. Ia menjelaskan bahwa Festival Juadah digelar untuk dua tujuan utama, disamping melestarikan budaya kuliner khas dan mendorong perekonomian masyarakat melalui sektor UMKM.
“Festival ini kami isi sepenuhnya dengan pelaku UMKM karena memang erat kaitannya dengan mereka,” jelasnya.
Mengenai aspek budaya, Bupati JKA menambahkan bahwa juadah adalah makanan khas Padang Pariaman yang biasa dijadikan hantaran oleh pihak mempelai wanita dalam pernikahan. Juadah terdiri dari berbagai jenis kudapan tradisional.
“Kami ingin mengenalkan juadah sebagai oleh-oleh khas dan makanan ringan sehari-hari dengan kemasan menarik,” ujarnya.
Sementara itu, anggota DPRD Sumatera Barat, Firdaus, mengaku terharu dengan kehadiran langsung pejabat kementerian dalam acara tersebut. Ia menyebut Festival Juadah sebagai yang pertama kali diadakan di Sumatera Barat dan menilai acara ini mencerminkan semangat gotong royong dalam melestarikan budaya.(suger)