Padang Pariaman, Rakyatterkini.com – Ketua TP-PKK Kabupaten Padang Pariaman, Ny. Nita Azis, bersama Staf Ahli sekaligus Ketua GOW, Ny. Resti Yulandari Rahmat, serta jajaran TP-PKK lainnya, menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung Festival Juadah yang digelar di Nagari Toboh Gadang Barat, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang. Kehadiran mereka dalam acara pembukaan menjadi bukti nyata keterlibatan langsung dalam upaya pelestarian budaya lokal.
Dalam sambutannya, Ny. Nita Azis mengisahkan pertemuan pertamanya tiga bulan lalu dengan masyarakat nagari, yang didominasi oleh ibu-ibu dan pemuda setempat. Saat itu, mereka mengutarakan keinginan untuk mengadakan sebuah perayaan kuliner tradisional yang mengangkat kembali eksistensi *juadah*, makanan adat khas Minangkabau.
“Saya terkesan dengan semangat mereka,” ungkap Nita. “Meski kondisi saya saat itu sedang kurang sehat, saya tetap ikut syuting video promosi bersama para ibu—memasak juadah. Energi dan semangat mereka sungguh luar biasa, membuat rasa lelah seakan sirna.”
Ia menggambarkan betapa para ibu rela memasak di bawah panas matahari menggunakan tungku kayu bakar. Bagi Nita, bukan semata panas cuaca yang dirasakan, tetapi juga “panas semangat” yang kini menjelma menjadi festival penuh warna dan makna.
Nita Azis memuji keberhasilan panitia yang bekerja keras dalam waktu tiga bulan untuk menyiapkan berbagai elemen acara—mulai dari panggung utama, rumah-rumah juadah, pertunjukan seni, hingga stan UMKM. Ia menekankan bahwa semua itu merupakan hasil kolaborasi nyata antara warga, pemerintahan nagari, sponsor, dan para profesional.
“Ini bukan kerja asal-asalan,” tegasnya. “Panitia bekerja siang malam tanpa pamrih, dan tulang punggung semua ini adalah para ibu hebat.”
Tak hanya itu, ia juga mengapresiasi inisiatif TP-PKK dan kelompok ibu-ibu yang menciptakan pembungkus alternatif dari anyaman daun pandan sebagai pengganti plastik—langkah kecil namun berarti dalam mengurangi limbah.
“Dulu juadah dibungkus dengan daun pisang dan dibawa dalam kampia. Kini, tradisi itu kita hidupkan kembali. Ini bukan soal aturan, tapi lahir dari kesadaran,” tambahnya.
Selain berkontribusi dalam penyediaan konsumsi bagi panitia, para ibu juga aktif menyusun aturan lomba juadah, mempromosikan acara di media sosial, dan memastikan kelancaran seluruh rangkaian kegiatan. Bagi Nita, inilah esensi dari gerakan PKK—berbasis rakyat, dikelola rakyat, dan untuk kesejahteraan rakyat.
Menutup sambutannya, Nita Azis menyoroti peran sentral perempuan dalam budaya Minangkabau. Di tengah dinamika zaman, kaum ibu tetap menjadi penjaga nilai sosial dalam setiap kegiatan, baik suka maupun duka.
“Juadah bukan sekadar sajian tradisional. Ia mencerminkan identitas budaya, kebersamaan, dan gotong royong yang menjadi ruh masyarakat kita. Festival ini murni lahir dari swadaya, tanpa mengandalkan dana pemerintah. Karena kami percaya, pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Festival Juadah menjadi bagian dari program unggulan "Padang Pariaman Menuju 100 Festival", yang ditargetkan menyentuh seluruh 103 nagari di wilayah tersebut. Dengan semangat serupa, Padang Pariaman ingin membuktikan bahwa budaya bukan hanya peninggalan masa lalu, melainkan fondasi bagi masa depan yang lebih kuat dan berdaya.(suger)