Notification

×

Iklan

Kebiasaan Tidur Siang Siswa Jepang Tingkatkan Konsentrasi

Minggu, 18 Mei 2025 | 07:44 WIB Last Updated 2025-05-18T02:43:22Z

Ilustrasi


Jakarta, Rakyatterkini.com – Di Jepang, tidur siang di sekolah merupakan hal yang lumrah dan tidak dianggap melanggar aturan. Para siswa di sana memiliki kebiasaan tidur siang dengan durasi sekitar 10 hingga 20 menit.

Jika di Indonesia waktu istirahat siang biasanya digunakan untuk makan atau beribadah, di Jepang sebagian sekolah menyediakan waktu khusus untuk tidur sejenak.

Tidur siang sudah menjadi bagian dari rutinitas harian yang umum dilakukan oleh pelajar Jepang. Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa kantuk yang biasanya muncul pada siang hingga sore hari.

Tradisi Tidur Siang Sudah Diterapkan Sejak Lama

Kebiasaan ini bukanlah hal baru. Sejak tahun 2015, sebuah sekolah menengah di Kota Uto telah mempraktikkan waktu tidur siang bagi para siswanya.

Langkah ini diambil berdasarkan hasil survei internal yang menunjukkan bahwa sekitar 90 persen siswa kerap merasa mengantuk saat di sekolah, dan 56 persen di antaranya mengaku mengantuk saat pelajaran pertama di sesi sore, seperti dikutip dari The Asahi Shimbun.

Setelah program tidur siang diterapkan, hasilnya cukup positif. Sekitar 60 persen siswa mengaku bisa tertidur selama sesi tersebut, dan 80 persen lainnya merasa kegiatan ini bermanfaat.

Tidur Siang Bantu Fokus dan Tingkatkan Performa

Para siswa di Uto merasakan dampak langsung dari rutinitas ini. Mereka mengaku lebih fokus saat mengikuti pelajaran, dan siswa yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler juga melaporkan peningkatan performa.

Temuan ini sejalan dengan penelitian dari University of Pennsylvania tahun 2019 yang menunjukkan bahwa tidur siang berkaitan dengan peningkatan prestasi akademik. Sebaliknya, kurang tidur dan rasa kantuk di siang hari justru bisa berdampak buruk terhadap kemampuan belajar.

Penelitian tersebut melibatkan hampir 3.000 siswa kelas 4 hingga 6 yang berusia antara 10 sampai 12 tahun.

"Anak-anak yang tidur siang minimal tiga kali seminggu mengalami peningkatan prestasi akademik sebesar 7,6% pada kelas 6," ungkap Adrian Raine, seorang ahli saraf dari Penn University, sebagaimana dilansir oleh Science Daily.

Penulis utama studi, Jianghong Liu, menjelaskan bahwa dampak negatif dari pola tidur yang buruk terhadap fungsi kognitif, emosional, dan fisik sudah cukup dikenal. Namun, banyak studi sebelumnya lebih menitikberatkan pada anak-anak usia dini.

Penelitian ini menjadi penting karena semakin besar usia anak, frekuensi tidur siangnya makin berkurang. Padahal, menurut para peneliti, semakin sering anak tidur siang, maka manfaatnya juga semakin besar.

"Tidur siang merupakan metode yang mudah dilakukan dan tidak membutuhkan biaya," jelas Liu.

"Selain berdampak positif bagi anak, ini juga dapat mengurangi waktu anak menghabiskan waktu di depan layar, yang seringkali dikaitkan dengan berbagai efek negatif," tambahnya.(da*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update