Simpang Empat, Rakyatterkini.com– Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat melalui Dinas Ketahanan Pangan terus menggencarkan upaya penerapan pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) di tengah masyarakat. Langkah ini diambil karena skor Pola Pangan Harapan (PPH) daerah saat ini baru mencapai 85,4 dari skor ideal 100.
“Konsumsi masyarakat terhadap umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan masih tergolong rendah, sehingga berdampak pada mutu asupan gizi,” ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pasaman Barat, Ekadiana Oktavia, dalam keterangannya di Simpang Empat, Selasa.
Ia menambahkan, rendahnya penerapan pola konsumsi B2SA disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keterbatasan informasi, rendahnya daya beli masyarakat, serta belum optimalnya ketersediaan pangan lokal. Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan edukasi, termasuk mendorong pemberdayaan rumah tangga dan kelompok wanita tani dalam menyiapkan pangan sehat dan bergizi bagi keluarga.
“Pangan yang berkualitas adalah kunci utama dalam menciptakan sumber daya manusia yang sehat dan produktif,” tegasnya.
Ekadiana juga menjelaskan pentingnya diversifikasi pangan sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap nasi. Ia menyebutkan bahwa Pasaman Barat memiliki kekayaan pangan lokal seperti kentang, pisang, jagung, talas, singkong, dan ubi jalar yang bisa menjadi alternatif sumber karbohidrat.
“Satu porsi nasi seberat 100 gram dapat digantikan dengan dua buah kentang, dua setengah buah pisang, tiga jagung, atau satu buah ubi jalar. Semua bahan ini memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa kentang mengandung serat dan antioksidan, pisang kaya akan zat besi, jagung membantu proses pencernaan, sementara ubi jalar dan singkong bermanfaat untuk menurunkan risiko diabetes.
Ia menekankan bahwa mendorong konsumsi pangan lokal merupakan bagian penting dari strategi memperkuat ketahanan pangan dan menciptakan masyarakat yang sehat serta sejahtera.
“Rasa kenyang tidak harus selalu berasal dari nasi. Dengan memanfaatkan pangan lokal, kita bisa menjalani pola hidup yang lebih sehat,” pungkasnya.(da*)