Notification

×

Iklan

Harga Emas Anjlok, Investor Panik Jual Aset

Sabtu, 05 April 2025 | 12:35 WIB Last Updated 2025-04-05T07:09:17Z

ilustrasi

Jakarta, Rakyatterkini.com – Harga emas mengalami penurunan tajam karena investor menjual logam mulia tersebut untuk menutupi kerugian investasi lainnya. Kondisi ini menjadi tidak lazim, mengingat biasanya emas akan mengalami kenaikan harga saat situasi pasar tidak menentu.

Berdasarkan data dari Refinitiv, pada perdagangan Jumat (4 April 2025), harga emas ditutup di level US$ 3.037,36 per troy ons, turun sebesar 2,42%. Penurunan ini memperpanjang tren negatif, setelah sebelumnya juga melemah 0,66% pada Kamis.

Penurunan harga tersebut menjadi yang terendah dalam sepekan terakhir.

Secara keseluruhan dalam seminggu, harga emas telah turun sebesar 1,51%. Koreksi ini memutus tren kenaikan harga yang terjadi selama empat minggu berturut-turut sebelumnya.

Padahal, emas sempat menyentuh rekor tertinggi pada awal pekan, dengan penutupan tertinggi di level US$ 3.133,57 per troy ons pada Rabu.

Turunnya harga emas didorong oleh aksi jual para investor yang membutuhkan likuiditas untuk menutup kerugian dari penurunan pasar saham global, yang terdampak memburuknya tensi perang dagang. Hal ini memicu kekhawatiran mengenai potensi resesi global.

Secara teknikal, harga emas spot masih bertahan di atas rata-rata pergerakan 21 harinya, yakni di angka US$ 3.023.

"Emas sering dianggap sebagai aset yang likuid, yang bisa dicairkan untuk memenuhi kebutuhan margin call di aset lainnya. Jadi bukan hal yang mengejutkan jika emas ikut dijual saat pasar bergejolak," jelas Suki Cooper, analis dari Standard Chartered, dikutip oleh Reuters.

"Pergerakan ini masih sejalan dengan pola historis," tambahnya.

Sementara itu, pasar saham global mengalami penurunan selama dua hari berturut-turut. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing merosot sekitar 5% setelah China mengumumkan tarif tambahan sebesar 34% terhadap seluruh barang asal Amerika Serikat mulai 10 April, sebagai balasan atas tarif baru yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada awal pekan.

Meski demikian, emas masih mencatat kenaikan sekitar 15,3% sepanjang tahun ini. Penguatan tersebut terutama disokong oleh pembelian dari bank sentral serta perannya sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

"Walaupun volatilitas tinggi, emas tetap menjadi pilihan utama bagi banyak investor dalam kondisi tidak menentu," ujar Matt Simpson, analis senior dari City Index.

Penurunan harga emas juga dipengaruhi oleh penguatan indeks dolar AS, yang naik ke 103,023 pada Jumat dari sebelumnya 102,072 pada Kamis. Karena emas diperdagangkan dalam dolar, penguatan mata uang ini membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.

Di sisi lain, Gubernur The Federal Reserve, Jerome Powell, menyatakan bahwa tarif tambahan yang diberlakukan Trump lebih besar dari perkiraan dan kemungkinan besar akan memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi, seperti inflasi yang meningkat serta perlambatan pertumbuhan.

Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa The Fed mungkin akan mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga lebih dari 50 basis poin.

Namun demikian, sejumlah data ekonomi masih menjadi penghalang. Data terbaru menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih cukup kuat. Tingkat pengangguran hanya naik sedikit menjadi 4,2% pada Maret 2025 dari 4,1% di bulan sebelumnya.

Sementara itu, data non-farm payroll mencatat tambahan 228.000 lapangan kerja pada Maret, jauh lebih tinggi dibandingkan revisi Februari sebesar 117.000 dan juga melampaui perkiraan analis yang sebesar 135.000.

“Angka ketenagakerjaan ini bisa menjadi alasan bagi The Fed untuk menunda pemangkasan suku bunga,” ungkap Alex Ebkarian, COO dari Allegiance Gold. (da*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update