![]() |
Bulog baru menyerap 190 ribu ton beras per Februari 2025 |
Jakarta, Rakyatterkini.com – Hingga akhir Februari 2025, Perum Bulog telah menyerap 190 ribu ton setara beras, masih jauh dari target 3 juta ton gabah yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto untuk dicapai dalam dua bulan hingga April mendatang.
"Sampai saat ini, penyerapan gabah setara beras mencapai sekitar 190 ribu ton untuk Februari," ujar Direktur Utama Perum Bulog, Mayjen TNI Novi Helmy Prasetya, dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI, Senin (3/3).
Meskipun target serapan masih jauh, Novi Helmy memastikan stok beras nasional cukup untuk menghadapi bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri, dengan cadangan mencapai 1,95 juta ton per 27 Februari 2025.
Dari total stok tersebut, sebanyak 1.901.024 ton merupakan beras medium dalam program Public Service Obligation (PSO), sementara 50.951 ton lainnya adalah beras premium. Stok ini tersebar di 26 kantor wilayah dan 477 kompleks pergudangan di seluruh Indonesia.
Selain beras, Bulog juga memiliki stok pangan lainnya di luar program penugasan, seperti tepung terigu, minyak goreng, gula pasir, dan telur.
Untuk menjaga stabilitas harga, Bulog menjalankan program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), yang menargetkan distribusi 150 ribu ton beras ke daerah yang bukan merupakan wilayah surplus produksi. Program ini berlangsung dari 24 Februari hingga 29 Maret 2025.
Sebelumnya, Presiden Prabowo menugaskan Bulog untuk menyerap 3 juta ton gabah dalam dua bulan. Hingga awal Februari, serapan baru mencapai 45 ribu ton dan meningkat menjadi 190 ribu ton pada akhir bulan.
Novi Helmy optimistis jumlah ini akan terus bertambah dalam waktu dekat.
"Kami sudah memiliki rencana dan anggaran yang disiapkan, sehingga dalam dua hingga tiga bulan ke depan, target ini akan bisa tercapai," ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Minggu (9/2).
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, juga yakin target 3 juta ton gabah dapat dicapai, terutama setelah Bulog mendapat tambahan anggaran sebesar Rp16,6 triliun untuk mempercepat penyerapan. (da*)