Notification

×

Iklan

Trump Usulkan Tarif 25% untuk Impor Tembaga

Rabu, 26 Februari 2025 | 19:30 WIB Last Updated 2025-02-26T12:30:00Z

Donald Trump

Jakarta, Rakyatterkini.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menggebrak kebijakan perdagangan internasional dengan mengusulkan tarif impor tembaga sebesar 25%. Langkah ini bertujuan untuk menghidupkan kembali industri tembaga dalam negeri yang dianggap penting bagi sektor kendaraan listrik, pertahanan militer, jaringan listrik, serta berbagai produk konsumsi.


Pada Selasa (25/2/2025), Trump menandatangani perintah eksekutif di Gedung Putih yang menginstruksikan Menteri Perdagangan Howard Lutnick untuk melakukan penyelidikan terkait dampak impor tembaga terhadap keamanan nasional, berdasarkan Section 232 dari Undang-Undang Ekspansi Perdagangan tahun 1962.


Regulasi ini sebelumnya digunakan Trump dalam masa kepemimpinan pertamanya untuk menerapkan tarif 25% terhadap impor baja dan aluminium secara global.


Seorang pejabat Gedung Putih yang enggan disebutkan namanya menyatakan bahwa tingkat tarif akhir akan ditentukan melalui investigasi lebih lanjut. Namun, Trump dikabarkan lebih memilih skema tarif dibandingkan kuota sebagai instrumen kebijakan perdagangan.


Penyelidikan ini mencakup berbagai bentuk impor tembaga, termasuk bijih mentah, konsentrat, paduan tembaga, tembaga bekas, serta berbagai produk turunannya. Meski begitu, pejabat tersebut tidak merinci produk mana saja yang berpotensi terkena tarif, karena masih dalam tahap evaluasi.


Kekhawatiran terhadap Dominasi China

Pemerintahan Trump mengkhawatirkan langkah China dalam menguasai pasar tembaga dunia, serupa dengan yang terjadi di sektor baja dan aluminium.


Menurut Navarro, China memanfaatkan subsidi negara dan kekuatan ekonominya untuk mendominasi produksi serta distribusi tembaga global. Jika dibiarkan, hal ini dapat melemahkan industri domestik AS dan berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi negara tersebut.


Menteri Perdagangan Howard Lutnick menekankan bahwa AS harus memperkuat kembali sektor tembaganya demi kepentingan nasional.


"Seperti halnya industri baja dan aluminium, sektor tembaga kita telah terpukul akibat praktik perdagangan global yang tidak adil," ungkap Lutnick.


"Untuk membangun kembali industri ini, saya akan melakukan penyelidikan mengenai penerapan tarif sebagai perlindungan."


Lutnick juga menegaskan bahwa tembaga merupakan komoditas strategis yang berperan besar dalam industri serta pertahanan nasional, sehingga produksinya harus diprioritaskan di dalam negeri.


"Tembaga harus kembali diproduksi di AS. Tidak ada pengecualian dan tidak ada kompromi," tegasnya.

Negara yang Paling Terdampak

Jika tarif baru ini diterapkan, negara yang paling terdampak adalah Chile, Kanada, dan Meksiko, sebagai tiga pemasok utama tembaga ke AS pada tahun 2024.


Berdasarkan data dari Biro Sensus AS, ketiga negara ini mengekspor tembaga olahan dan produk turunannya dalam jumlah besar ke AS. Meksiko dan Kanada, sebagai anggota perjanjian dagang USMCA, berpotensi menghadapi ketegangan dengan AS jika tarif ini diberlakukan.


Departemen Energi AS telah mengidentifikasi tembaga sebagai material strategis yang semakin dibutuhkan, terutama dalam pengembangan teknologi energi terbarukan dan elektrifikasi global.


Pejabat Gedung Putih juga menyoroti bahwa tembaga adalah bahan baku kedua yang paling banyak digunakan dalam sistem persenjataan AS. Dengan meningkatnya permintaan untuk kendaraan listrik serta teknologi berbasis kecerdasan buatan, AS diprediksi akan mengalami defisit pasokan tembaga di masa depan.


Oleh karena itu, pemerintah AS menilai bahwa memperkuat industri peleburan dan pemurnian tembaga di dalam negeri menjadi langkah yang krusial. Hal ini hanya bisa dicapai dengan memberikan perlindungan perdagangan jangka panjang bagi sektor tersebut.(da*)



IKLAN



×
Berita Terbaru Update