![]() |
ilustrasi |
Jakarta , Rakyatterkini.com– Setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, harga emas dunia mengalami penurunan tajam akibat aksi ambil untung (taking profit) yang dilakukan oleh sebagian investor. Kekhawatiran terkait perang dagang yang berlarut-larut serta pernyataan investor kawakan Warren Buffett mengenai kehati-hatian dalam berinvestasi emas turut memicu pelemahan harga logam mulia ini.
Pada perdagangan Selasa (25/2/2025), harga emas di pasar spot anjlok 1,2% ke level US$2.916,59 per troy ons, menghapus kenaikan signifikan yang terjadi sehari sebelumnya. Penutupan harga tersebut juga menjadi yang terendah dalam sepekan terakhir.
Pada Rabu (26/2/2025) hingga pukul 06.28 WIB, harga emas dunia kembali melemah 0,1% ke posisi US$2.913,6 per troy ons.
Penurunan ini terjadi setelah emas mencatat rekor tertinggi di tengah ketidakpastian global, terutama terkait kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Peringatan Investor Terhadap Emas
Lee Baker, seorang perencana keuangan bersertifikat, mengingatkan investor agar tidak terlalu tamak dalam membeli emas. Ia mengutip prinsip investasi dari Warren Buffett:
"Takutlah saat orang lain tamak, dan tamaklah saat orang lain takut."
Baker mengungkapkan bahwa selama tahun lalu, ia jarang menerima pertanyaan dari klien mengenai emas. Namun kini, permintaan informasi terkait investasi emas semakin meningkat.
Ia menyarankan agar investor tidak mengalokasikan lebih dari 3% dari total portofolio mereka untuk emas, guna menghindari kesalahan umum dalam investasi, yakni membeli di harga tinggi dan menjual di harga rendah.
"Jika ingin mendapatkan keuntungan dari emas, Anda harus tahu kapan harus membeli dan menjual. Jika baru masuk sekarang, apakah Anda membeli saat harga sedang tinggi? Saya tidak tahu," tambahnya.
Dampak Kebijakan The Fed Terhadap Harga Emas
Di sisi lain, para investor dan ekonom memperkirakan bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan mengambil langkah tegas dan sistematis dalam merespons perubahan inflasi serta kondisi pasar tenaga kerja.
Inflasi yang lebih tinggi dapat memaksa The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi, yang pada akhirnya mengurangi daya tarik emas sebagai aset investasi karena tidak memberikan imbal hasil.
Saat ini, para investor tengah menantikan laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS (PCE) yang akan dirilis pada Jumat mendatang. Data ini menjadi salah satu pertimbangan utama bagi The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga ke depan.(da*)