GM PT BA Sawahlunto, Yulfaizon sedang mencoba mesin pengolah kopi. |
Sawahlunto, Rakyatterkini.com - Memasuki tahun 2025 peningkatan harga kopi masih terus menanjak. Ada pengamat yang menyebut pada 2025 harga kopi kian melambung tinggi.
Permintaan atas komoditas biji kopi di pasar dunia terus menerus meningkat. Sayangnya tak diimbangi dengan produksi kopi yang mampu memenuhi lonjakan permintaan pasar yang semakin tinggi.
Demikian dikatakan GM PT BA Ombilin Sawahlunto, Yulfaizon, saat menyerahkan bantuan mesin pengolah biji kopi kepada kelompok petani kopi binaan PT BA Ombilin Sawahlunto di Sesa Balai Batu Sandaran beberapa waktu yang lalu.
Dampaknya banyak hal-hal yang harus disesuaikan pada pasar kopi dunia, salah satunya harga jual. Beberapa waktu lalu banyak barista dan kafe yang mengeluhkan naiknya harga kopi robusta.
Bahkan banyak kafe yang sampai menaikkan harga kopi mereka sampai 3% dari harga awalnya. Ternyata krisis kopi di dunia ini masih akan terus berlanjut, ada pengamat yang memprediksi kenaikan harga biji kopi pada tahun 2025 ini.
Harga kopi 2025 diprediksi naik
Penikmat kopi dalam negeri belum waktunya bernapas lega mengingat harga kopi yang terus merangkak naik.
Chowhound, lembaga pengamat cuaca internasional (22/12/2024) melaporkan adanya perubahan iklim yang terjadi di Brazil sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia.
Tanaman kopi normalnya membutuhkan temperatur sekitar 21-26 derajat Celcius, sehingga ketika terjadi perubahan cuaca ekstrem tanaman kopi akan sulit bertahan.
Hasilnya produksi kopi akan menurun sehingga harga jualnya naik seiring permintaan yang terus melambung. Pada 2024 dilaporkan harga kopi dari Brazil menyentuh harga tertinggi sejak 50 tahun terakhir dari 1970.
Laporan gangguan produksi kopi juga datang dari Vietnam. Negara yang disebut sebagai produsen kopi tertinggi di dunia normalnya mampu memasok hingga 17% kebutuhan kopi dunia.
Sayangnya pada 2024 harga kopi dari Vietnam sudah naik mencapai 50%. Padahal kopi yang dihasilkan oleh Vietnam didominasi oleh robusta yang perawatannya lebih mudah dilakukan dibandingkan untuk tanaman kopi arabika.
Para pengamat sendiri melihat mulai adanya pergeseran sekalipun pada produsen kopi instan. Dahulu produsen kopi instan masih berani memilih kopi berkualitas sebagai bahan baku mereka.
Setelah harga biji kopi meroket tetapi mereka tak bisa menaikkan harganya maka penurunan kualitas dilakukan. Biji kopi yang digunakan pada kopi instan kini mulai menyentuh grade atau tingkatan yang lebih rendah.
Selain kafe yang secara khusus menyajikan racikan kopi, produsen kue dan roti yang menggunakan campuran kopi sekalipun telah melakukan perubahan pilihan. Kopi dengan kualitas bawah menuju sedang menjadi pilihan untuk menekan biaya produksi agar tak terlalu melonjak pesat.
Menurut Kadis Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Sawahlunto,Heni Purwaningsih, merujuk pada data dari tahun-tahun sebelumnya sudah melihat fenomena mahalnya harga kopi.
"Ada kecenderungan peningkatan harga kopi, terutama robusta, yang selisihnya diprediksi hanya berbeda 20% - 30% saja lebih murah dari arabika". ujarnya. (benny/ris1)