Timnas Indonesia. | Foto Antara |
Korea Selatan yang tidak
satu grup dengan Indonesia, berkali-kali media nasional di Seoul mengulas
tentang kekuatan baru Asia tersebut. Apalagi pelatih Timnas Indonesia berasal
dari negara Ginseng itu.
Belum lagi lawan-lawan dari
Asia Barat, tak hanya bersiap menghadapi laga sisa Grup C, mereka juga
berupaya mencari jalan liar
agar bisa menghentikan Indonesia.
Arab Saudi dan Bahrain
sampai mengeluarkan jurus non teknis agar bisa mengalahkan pasukan STY. Mereka juga didukung oleh federasi sepakbola
Asia, AFC. Ini tak lain karena ketakutan mereka akan kekuatan para bintang
naturalisasi Indonesia.
Mereka sadar Timnas
Indonesia saat ini bukanlah Timnas empat atau lima tahun silam. Kini Tim Garuda
Asia hadir dengan para pemain Diaspora yang kenyang berkompetisi di berbagai
negara Eropa dan Amerika Latin.
Lain lagi kekhawatiran
China dan Australia. Tim Negara Tirai Bambu itu mencurangi Timnas Indonesia
agar bisa mengambil keuntungan. Federasi Sepakbola Cina tak segan-segan
memindahkan stadion dari Beijing ke kota yang jauhnya enam jam penerbangan,
Cara berbeda dilakukan
Australia. Bentuk kekhawatiran mereka,
federasi sepakbola benua kangguru itu buru-buru mengganti pelatih, setelah ditahan imbang Indonesiadi
putaran pertama Grup C. Tetapi belum sampai kepada memindahkan stadion yang
jauh dari ibukota negaranya.
Dalam lanjutan putaran
ketiga Grup C, Marcelino dan kawan-kawan akan menjamu dua tim langganan Piala Dunia, Jepang dan Arab Saudi, 15
dan 19 November mendatang di stadion GBK Jakarta.
Pelatih Jepang Hajime
Moriyasu, mrngakui melawan Indonesia bukanlah partai mudah, meski mereka sering bersua. Ia menilai para pemain
naturalisasi Indonesia adalah para
pemain berkelas Eropa.
“Kita mesti waspada
melawan Indonesia. Tim asuhan Shin Tae Yong itu punya kelas yang sama dengan
tim Asia lainnya, termasuk Jepang,” kata Moriyasu. (Rra)