Pjs Bupati Solsel, Adib Alfikri buka lomba bertutur. |
Padang Aro, Rakyatterkini.com - Menggali kembali kekayaan cerita rakyat dan legenda lokal di Solok Selatan dan menumbuhkan kecintaan para pelajar terhadap budaya daerah. Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Solok Selatan menggelar Lomba Bertutur tingkat kabupaten.
Acara ini dilangsungkan dihalaman kantor Dinas Perpustakaan dan Arsip, Senin, 4 November 2024.
Pjs. Bupati Solok Selatan, Adib Alfikri dalam Berbagainya menyoroti pentingnya lomba bertutur sebagai wadah untuk mengembangkan keterampilan literasi dan wawasan budaya bagi pelajar.
“Lomba ini bukan sekedar kompetisi, tapi merupakan media yang sangat penting dan bermanfaat untuk melatih keterampilan literasi serta memperkenalkan anak-anak pada budaya lokal. Mereka perlu mengetahui cerita rakyat kita, karena dari sana kecintaan pada budaya akan tumbuh,” ujarnya.
Adib juga mengusulkan agar lomba serupa diadakan untuk kalangan pejabat di tingkat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sebagai upaya memperkuat nilai budaya di lingkungan pemerintahan.
Lomba ini juga menghadirkan juri-juri berpengalaman yang siap menilai setiap penampilan. Juri utama adalah Taufik Efendi, atau akrab disapa Pak TE, yang merupakan Plh. Kepala Perpustakaan dan Arsip Solok Selatan.
Ia didampingi dua juri lain yang berasal dari kalangan pegiat literasi Sumatera Barat. Kombinasi juri ini dipilih untuk menjamin penilaian yang objektif dan sesuai dengan kriteria penguasaan cerita, ekspresi, serta kekuatan bertutur yang dimiliki oleh masing-masing peserta.
Peserta tampil penuh semangat, menyampaikan cerita rakyat dan legenda dari berbagai daerah di Solok Selatan. Setiap penampilannya membawa warna yang berbeda-beda, mulai dari cerita tentang kepahlawanan, dongeng, hingga kisah kehidupan masyarakat tradisional.
Salah satu cerita yang dituturkan adalah Banca Tikuluak, cerita rakyat Lubuk Malako tentang seorang gadis yang durhaka kepada ibunya dan akhirnya mati tenggelam di sebuah rawa yang berada di Nagari Lubuk Malako.
Peserta menunjukkan kebanggaan pada warisan budaya mereka, sementara para hadirin terlihat terhibur dan terpukau dengan kisah-kisah yang jarang terdengar dalam kehidupan sehari-hari. (Alwis)