![]() |
Bangunan tua IGD RSUD Sawahlunto. |
RAKYATTERKINI.COM - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sawahlunto sudah ada sejak 1915. Artinya, hingga sekarang rumah sakit itu sudah berusia 109 tahun. Kasihan banget kalau kondisinya gak maju-maju.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, rumah sakit itu masih tipe C. Idealnya, bagi rumah sakit yang sudah berusia satu abad lebih, rumah sakit itu telah maju.
Rumah sakit itu idealnya menjadi rumah sakit rujukan. Sebagai rumah sakit tertua, harusnya menjadi rumah sakit yang bisa menjadi penyangga, sehingga tak semua pasien harus dirujuk ke RSUP M. Djamil Padang.
Kini, saatnya rumah sakit itu dibenahi. Harus dibuat menjadi rumah sakit yang representatif. Sawahlunto merupakan daerah wisata sejarah, saatnya pula kejayaan masa lalu dalam bidang pelayanan kesehatan dibangkitkan kembali.
Sawahlunto dahulu dikenal sebagai pusat pelayanan kesehatan di Sumatera bagian tengah, kini menghadapi krisis serius dalam sektor kesehatan. Riwayat rumah sakit itu kini bikin menyayat hati.
Kini warga Sawahlunto terpaksa pergi berobat ke luar kota, seperti ke Solok, karena fasilitas yang tidak memadai dan kurangnya obat-obatan penting.
Di rumah sakit itu ditemukan kenyataan yang mengejutkan. Pasien di RSUD Sawahlunto banyak yang hanya datang untuk mengambil surat rujukan.
Kondisi lebih memprihatinkan terjadi ketika salah satu pasien mengungkapkan, bahkan obat dasar seperti Paracetamol tidak tersedia di rumah sakit.
Keluhan datang bertubi-tubi dari para pasien dan staf medis. Beberapa alat medis dalam kondisi tidak layak pakai lagi, dan lebih parahnya, menurut pengakuan pegawai rumah sakit, alat-alat tersebut harus dihemat penggunaannya karena keterbatasan dana untuk membeli yang baru.
Lebih mengejutkan, kondisi fisik rumah sakit juga memperihatinkan. Burung layang-layang bersarang di dalam gedung, dan jaring laba-laba terlihat di beberapa sudut. Beberapa pasien mengeluhkan penerangan dan ketersediaan air bersih yang sering bermasalah saat mereka dirawat. (trs)