Notification

×

Iklan

Sistem Arus Atlantik Berisiko Runtuh pada 2030, Ancaman Bencana Global Menanti

Minggu, 04 Agustus 2024 | 13:47 WIB Last Updated 2024-08-04T07:58:40Z

Potensi bencana di Samudera Atlantik. | Foto Istockphoto/Peter Llewellyn

RAKYATTERKINI.COM - Studi terbaru menunjukkan sistem arus utama Samudra Atlantik, yang memengaruhi cuaca global, berisiko mengalami kolaps pada tahun 2030. 

Jika ini terjadi, bisa menjadi bencana berskala planet yang drastis memengaruhi cuaca dan iklim.

Penelitian-penelitian terakhir mengindikasikan bahwa Sirkulasi Pembalikan Meridional Atlantik (AMOC) berpotensi runtuh karena pemanasan suhu laut dan perubahan kadar garam akibat dampak perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia.

Namun, sebuah penelitian terkini yang masih dalam proses review dan belum dipublikasikan menggunakan model-model canggih untuk memprediksi kemungkinan runtuhnya AMOC. 

Penelitian ini memperkirakan bahwa keruntuhan AMOC bisa terjadi antara tahun 2037 hingga 2064.

"Ini adalah masalah besar yang sangat mengkhawatirkan," ujar Rene van Westen, peneliti kelautan dan atmosfer di University of Utrecht, Belanda, dan salah satu penulis studi ini, seperti dikutip dari CNNIdonesia.

Van Westen menambahkan dampak negatif dari perubahan iklim akibat aktivitas manusia, seperti peningkatan frekuensi gelombang panas, kekeringan, dan banjir, akan terus berlanjut. "Jika AMOC juga mengalami keruntuhan, iklim global akan semakin terdistorsi."

AMOC berfungsi seperti sabuk konveyor yang menarik air permukaan hangat dari belahan bumi selatan dan daerah tropis, lalu mendistribusikannya ke Atlantik Utara yang lebih dingin. Air dingin dan asin kemudian tenggelam dan mengalir kembali ke selatan. 

Mekanisme ini membantu menjaga suhu yang relatif stabil di belahan bumi utara dan selatan serta mendistribusikan nutrisi penting bagi kehidupan laut.

Jika AMOC runtuh, beberapa wilayah dunia akan mengalami perubahan dramatis. Dalam beberapa dekade setelah keruntuhan, es Arktik diperkirakan akan bergerak ke selatan dan setelah 100 tahun, mungkin akan mencapai pantai selatan Inggris. 

Suhu rata-rata di Eropa dan Amerika Utara, termasuk beberapa bagian AS, diperkirakan akan turun. Hutan hujan Amazon juga akan mengalami perubahan musim yang ekstrem, dengan musim kemarau dan hujan saling bergantian secara drastis.

Stefan Rahmstorf, ahli oseanografi fisik dari Universitas Potsdam, Jerman, menegaskan bahwa keruntuhan AMOC merupakan ancaman serius yang harus dihindari. 

Para ilmuwan dari Utrecht menggunakan model mutakhir untuk mengidentifikasi lokasi optimal di Samudra Atlantik Selatan untuk memantau perubahan sirkulasi dan memperkuat prediksi mereka mengenai kapan AMOC akan mencapai titik kritis.

Rahmstorf menjelaskan fokus pada waktu keruntuhan AMOC adalah perkembangan baru dalam penelitian. Penelitian ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam pemahaman tentang melemahnya AMOC. 

"Beberapa tahun lalu, kami hanya mendiskusikan kemungkinan risiko rendah," ujarnya. "Sekarang, risiko ini tampaknya jauh lebih tinggi dan prediksi tentang waktunya menjadi lebih mungkin."

Menurut Rahmstorf, lima tahun lalu, ia mungkin akan meragukan kemungkinan keruntuhan AMOC dalam abad ini, meskipun risiko 10 persen pun sangat signifikan.

"Saat ini, ada lima studi yang menunjukkan bahwa keruntuhan bisa terjadi pada abad ini atau bahkan sebelum pertengahan abad ini," tambahnya. "Penilaian saya sekarang adalah bahwa kemungkinan kita melewati titik kritis pada abad ini mungkin lebih dari 50 persen."

Meskipun kemajuan pesat dalam penelitian dan model prediksi AMOC, masih ada kekurangan. Model-model saat ini belum sepenuhnya mempertimbangkan faktor penting seperti mencairnya es di Greenland. Air tawar yang mengalir dari lapisan es ini dapat mengganggu salah satu pendorong utama sirkulasi, yaitu kadar garam.

Rahmstorf menganggap kesenjangan dalam penelitian ini bisa menyebabkan prediksi yang terlalu optimis mengenai seberapa cepat keruntuhan AMOC mungkin terjadi. (*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update