![]() |
Niniak mamak pada suatu kegiatan. |
Solok Selatan, Rakyatterkini.com - Proyek pembangunan Istano Kerajaan Balai Janggo di Nagari Sungai Kunyit, Kecamatan Sangir Balai Janggo, Kabupaten Solok Selatan, memerlukan dana sebesar Rp10 miliar untuk menyelesaikannya.
Istano tersebut, dengan ukuran 26x12 meter, memiliki 38 tiang dan 9 gonjong, didesain menyerupai Istano Lindung Bulan di Pagaruyung, Kabupaten Tanah Datar.
"Pembangunan Istano ini dilakukan dengan persetujuan dari pihak kerajaan Pagaruyung dan sudah dimulai sejak tahun 2017. Namun, proyek ini terhenti akibat keterbatasan anggaran yang dialami oleh niniak mamak di Nagari Sungai Kunyit," ungkap Tantua Rajo Sailan, Mardiyon.
Dia menjelaskan Istano Balai Janggo sebelumnya telah mengalami kerusakan parah dan perlu direstorasi kembali dengan dukungan dari para Datuak di 13 persukuan yang ada di wilayah Kecamatan Sangir Balai Janggo.
Istano tersebut dahulu merupakan tempat berkumpul bagi tujuh raja, yaitu Banban Basi, Tuanku Rajo Putiah, Inyiak Payuang Putiah, Inyiak Bandaro Putiah, Inyiak Rajo Labia, Inyiak Tambun Tayiu, dan Dt Malepo Nan Sati, semuanya berasal dari Kerajaan Pagaruyung.
"Pembangunan lantai dua Istano ini ditujukan untuk raja dan putri. Saat ini, proyek fisik bangunan telah mencapai tahap 50 persen dengan pengeluaran dana sekitar Rp500 juta," terangnya.
Proyek pembangunan rumah adat ini didanai melalui arisan para niniak mamak setempat, yang masih berlangsung satu kali dalam sebulan. Meskipun demikian, pendapatan dari plasma sawit para niniak mamak mencapai sekitar Rp15 juta perbulan untuk setiap persukuan.
Namun, sebagian dari mereka masih terbelit utang kepada bank untuk membiayai pembangunan rumah gadang pribadi mereka.
"Dahulu, setiap persukuan mengumpulkan dana arisan sebesar Rp5 juta, namun sekarang jumlahnya turun menjadi Rp2,5 juta karena rencana replanting sawit yang akan dilakukan serta berkurangnya hasil panen. Meskipun demikian, dana arisan ini telah berhasil membangun 13 rumah gadang, namun masih ada beberapa yang belum rampung 100 persen," jelasnya.
Tantua Rajo Sailan menambahkan proyek yang belum selesai mencakup pembangunan Istano Balai Janggo yang masih mencapai tahap 50 persen, serta beberapa rumah gadang lainnya seperti Rumah Gadang Dt Indomangkuto suku Melayu Sigintiu, Rumah Gadang Dt Rangkayo Basa, dan Rumah Gadang Dt Rajo Kalabihan, yang telah mencapai tahap 90 persen dan tinggal menyelesaikan tahap penyelesaian.
Sementara itu, beberapa rumah gadang lainnya sudah berhasil dibangun menggunakan dana arisan niniak mamak sejak tahun 2013, seperti Rumah Gadang Dt Rajo Bangun, Rumah Gadang Dt Sampono Marajo, Rumah Gadang Dt Rajo Palembang, Rumah Gadang Dt Murun, Rumah Gadang Dt Manti Panghulu, Rumah Gadang Dt Bandaro Kayo, dan Rumah Gadang Dt Bandaro.
"Para niniak mamak sangat beruntung karena memiliki perkebunan plasma sawit di daerah ini yang telah ditanam sejak tahun 2004, sehingga mereka dapat membangun beberapa rumah gadang," ujarnya.
Rencananya, pada tahun 2026, akan dilakukan replanting plasma sawit dengan masing-masing suku memiliki lahan seluas 12 hektare dalam 6 kafling yang dimiliki oleh masing-masing persukuan niniak.
Rusli Dt Rajo Basa menambahkan Istano Balai Janggo memiliki dua kamar dan dua anjuangan di sisi kiri dan kanan Istano untuk kedudukan Rajo dan Puti Ganto Suri.
"Ketika proyek ini selesai, seluruh kegiatan adat di wilayah ini akan dipusatkan di Istano Balai Janggo," tambahnya. (alwis)