![]() |
Evelinda, politisi muda Partai Golkar dan Iwan Syukri. |
Solok, Rakyatterkini.com - Selama 25 tahun berjalannya demokrasi di Indonesia (1998-2023), nasibnya kini kembali bergantung pada pundak generasi millenial.
Mereka dihadapkan pada tantangan menjaga eksistensi demokrasi sesuai dengan koridor perjuangan para senior dan aktivis '98'.
Dalam era demokrasi digital, bagaimana peran generasi millenial menjadi kunci untuk membentuk masa depan bangsa?
Iwan Syukri, dalam obrolan santai dengan caleg DPR RI, Evelinda, perempuan yang lahir di Nagari Selayo yang sekarang dipercaya Partai Golkar sebagai tenaga ahli di Senayan, sangat menyadari serta memahami banyak peran yang bisa dilakukan kaum milenial dalam berpartisipasi, baik dalam mengawal proses demokrasi atau pun ambil bagian dalam proses demokrasi.
Partai Golkar membuka ruang bagi mereka untuk aktif berpartisipasi, baik dalam pengawalan demokrasi maupun melalui keterlibatan dalam proses politik.
Evelinda menekankan kaum millenial dapat berkontribusi melalui kreativitas mereka, seperti membuat konten-konten edukatif menggunakan berbagai aplikasi atau terlibat secara organik di partai politik.
Dalam era digitalisasi demokrasi, minat kaum millenial untuk berpartisipasi meningkat, menjadi vitamin penting untuk kemajuan bangsa.
Dengan menggunakan berbagai aplikasi, kaum millenial bisa ikut memberikan pendidikan politik atau civic education, atau mengorganisasikan diri ke parpol secara organik, dan Golkar sangat terbuka dan mengajak untuk hal ini.
"Partai golkar sangat tahu peran serta dan tanggung jawab bangsa ini ada pada mereka beberapa dekade ke depan, kami sangat senang, di era digitalisasi demokrasi ini minat kaum melenial untuk berpartisipasi dalam politik meningkat, dan ini jadi vitamin bangsa kita untuk lebih maju kedepannya, "ujarnya.
Kaum millenial juga diakui memiliki peran kritis dalam menggunakan media sosial. Mereka dapat mengatasi berita palsu, isu SARA, dan ujaran kebencian dengan keahlian digital mereka.
Selain itu, mereka bisa berperan dalam mengawal proses pemilu dengan melaporkan praktik politik uang atau pelanggaran lainnya.
Sementara, Iwan Syukri menyadari keragaman sikap dan peran kaum millenial di Kabupaten Solok, dan Sumatera Barat pada umumnya. Dengan keberagaman ini, Golkar Kabupaten Solok membuka pintu lebar sebagai rumah besar bagi kaum millenial untuk aktif berkontribusi politik.
Dari segi peran, kaum millenial terbagi ke dalam berbagai sektor, mulai dari pengusaha, pendidik, hingga petani. Keberadaan mereka di berbagai sektor ini menjadi aset yang perlu dijaga dan dirawat secara berkesinambungan untuk mewujudkan cita-cita reformasi.
Dengan bonus demografi mencapai 64 persen pada kelompok usia 18-35 tahun, generasi millenial di Indonesia memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif.
Golkar Kabupaten Solok mengundang mereka untuk terlibat aktif dan berkontribusi dalam membangun kesejahteraan Kabupaten Solok. (dd)