Notification

×

Iklan

Talempong Batuang Nyaris Punah, Butuh Perhatian Serius dari Pemko Sawahlunto

Sabtu, 27 Mei 2023 | 16:25 WIB Last Updated 2023-05-27T09:25:08Z

Misriyeni, generasi ketiga pewaris Talempong Batuang, di Dusun Sungai Cocang, Silungkang.

Sawahlunto, Rakyatterkini.com - Indonesia sangat beragam akan budaya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Seni dan budayanya masih terjaga dari zaman nenek moyang ke zaman sekarang, meskipun ada juga yang terancam punah, termasuk di Minangkabau, Sumatera Barat, khususnya Sawahlunto.

Semua kegiatan tradisi di Minangkabau ini miliki arti dan tujuan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu seni yang terdapat di Minangkabau yang terancam punah ditelan zaman, adalah Talempong Batuang. 

Talempong Batuang ini berada pada wilayah Silungkang Oso , Kecamatan Silungkang Sawahlunto tepatnya di Dusun Sungai Cacang (Cocang).

Sayang, Talempong Batuang ini hanya terdapat satu keluarga yang dapat menguasai membuat maupun memainkan talempong batuang tersebut. 

Keluarga tersebut yaitu keluarga almarhum Umar Malin Parmato, lebih dikenal dengan panggilan Ongku Umar pewaris satu satunya jenis kesenian ini yang berasal dari generasi awal abad ke-20.

Umar Malin Parmato mewarisi kepandaian membuat dan memainkan Talempong Batuang dari ibundanya dan sekarang diwarisi oleh anak perempuannya, Misriyeni.

Menurut Misriyeni dari cerita ayah dan neneknya dulu, kaum ibu lebih menguasai alat musik Talempong Batuang ini karena dahulunya, alat musik ini merupakan permainan yang populer di kalangan anak gadis.

Talempong Batuang ini dimainkan oleh masyarakat di waktu senggang, ketika mereka sedang beristirahat di balai-balai, dangau yang terletak di pinggir sawah dan juga ladang, atau hanya sekadar berehat dari rutinitas sehari-hari sebagai petani.

Dulunya alunan dari Talempong Batuang ini diiringi dengan syair yang mengisahkan mengenai perasaian hidup, cinta kasih yang terpendam, dan lainnya.

Membicarakan tentang Talempong Batuang ini tidak terlepas dari yang namanya tradisi Marunguih yang merupakan salah satu tradisi khas di Silungkang.

Marunguih atau disebut juga dengan ratok silungkang tuo merupakan tradisi yang pada masa dahulunya menjadi media penyampaian pesan atau hanya sekadar mengenang nasib bagi masyarakat setempat.

Pada mulanya tradisi marunguih ini bukan hanya sekadar media penyampaian pesan mengenai untuang perasaian nasib di kampuang atau di rantau.

Melainkan memiliki keterkaitan dengan cerita rakyat yang sudah sangat melegenda di alam Minangkabau yaitu "inyiak". Sayangnya sepeninggal almarhum Ongku Umar tidak ada lagi yang mampu melanjutkankan tradisi Marunguih ini.

Kesenian Talempong Batuang ini pernah ditampilkan beberapa tahun yang lalu di ajang Sawahlunto Multicultural Festival (SIMFest) 2015 dan di Negeri Malaka Malaysia pada 2005.

Kesenian Talempong Batuang saat ini terancam punah, diperlukan perhatian dan suport dari Pemko melalui dinas terkait utuk melestarikannya.

"Kami dari keluarga almarhum Ongku Umar memang berharap kepada pemerintah untuk membantu melestarikan kesenian tradisional ini " harap Misriyeni, pewaris satu-satunya dari Ongku Umar Malin Parmato yang masih aktif memainkan Talempong Batuang ini kepada awak media yang berkujung ke rumahnya di Dusun Sungai Cocang,Silungkang Oso, Jumat (26/5/2023).

Membuat Talempong Batuang ini mudah-mudah sulit, butuh "rasa" dan filing yang memadai. Talempong Batuang ini terbuat dari bambu yang sudah tua memiliki panjang kira-kira 60 cm, atau hanya satu ruas bambu yang diambil untuk talempong tersebut.

Setelah ditebang bambu tersebut diletakkan selama 15 hari. Ini bertujuan supaya bambu lebih kering. Kemudian ruas bambu tersebut dibentuk dengan membuat sayatan sepanjang ruas bambu dengan lebar sekitar 0,5 cm.

Sayatan itu dibuat sebanyak 5 sayatan, yang diberi berjarak 1,5 cm. Akan tetapi Ongku Umar telah memodifnya dengan satu sayatan lagi sehingga menjadi 6 sayatan.

Disetiap sayatan diberi penyangga atau pasak dua buah yang merupakan sebagai pengatur nada. Dahulu, mereka hanya menggunakan perasaan apakah suatu nada tersebut cocok atau tidak dengan yang lainnya.

Begitu juga dengan Talempong Batuang ini hanya dengan pendengaran dan perasaan suatu bunyi, apakah itu pas atau tidak.

"Beberapa hari yang lalu ada tim khusus dari Jakarta didampingi Dinas Kebudayaan dan Museum Sawahlunto, melakukan verifikasi faktual ke sini tentang Talempong Batuang dalam rangka pengusulan dan penetapan Talempong Batuang ini sebagai warisan budaya tak benda Indonesia," tutup Misriyeni. (ris1)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update