Radius bersama usaha ternaknya di Dadok Tunggul Hitam, Padang. |
Padang, Rakyatterkini.com - Mbek...mbek...mbek...suara kambing itu terus membebek. Makin ramai dan keras kedengarannya. Terlebih lagi, siang itu cuaca sedikit lembab, membuat kambing peliharaan tersebut, makin bebas dan riang gembira. Satu sama lainnya, bergelut, bercengkerama. Sesekali, berlari kecil dengan senangnya.
Begitulah suasana di usaha Peternakan Kambing Semoga Berjaya Farm, Jalan DPR Dadok, Tunggul Hitam, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Usaha yang dirintis Radius Arman, 40 itu, sukses dengan berkat keyakinannya. Suami dari Yuli Yeni, 35, memulainya dari kecil-kecilan. Sekarang, peternakan kambing yang digelutinya mencapai 75 ekor dengan beragam jenisnya.
"Alhamdulillah, ada paha, ada kaki, ada usaha, ada rezeki. Itulah prinsip yang saya anut," tutur Radi, begitu sapa akrabnya ketika memulai perbincangan dengan Rakyatterkini.com di kediamannya, kemarin.
Menurut Radi, terjun ke dunia peternakan kambing awalnya iseng. Namun, setelah ditekuni, ternyata banyak manfaat dan keuntungan yang bisa diraup. Selain daging, kotoran pun juga bisa dijadikan uang. Apalagi, ketika menerapkan pola manajemen peternakan kekinian, jauh lebih untung dan sangat menjanjikan.
"Prospeknya bagus. Bisa untuk pemasok kebutuhan daging hingga penyediaan bibit dan induk," sebutnya lagi.
Usaha yang dimulai sejak lima tahun silam itu, bagai mimpi nan masih tergadai. Betapa tidak, Radi, punya cita-cita peternak kambing otodidak yang ada kebanyakan itu, mesti diubah atau beralih dengan pola kekinian. Sebab, kalau pola lama, peternak hanya bisa meraih keuntungan kecil. Ini lantaran tidak mengikuti perkembangan zaman.
"Beda dengan yang saya geluti, sistem lama dipadukan dengan sistem baru. Sehingga, keuntungan besar bisa diraih," ujar ayah empat putri itu.
Dikatakan, kambing yang prospek bagus adalah kambing jenis domba, randu, domba texel jumbo. Jenis ini cepat besar dan banyak dagingnya. Kalau dibanding dengan kambing kacang, usia pemeliharaan lama, hasil daging tak menjanjikan.
"Tapi, itulah masyarakat kita cenderung memelihara kambing kacang ketimbang yang saya sebutkan tadi. Selain banyak kelemahan, kambing kacang sulit untuk dijadikan menjadi kambing penggemukan," ulasnya lagi.
"Seharusnya ketika bergelut, ya tentu yang ada prospek ke depannya. Itu seperti domba, randu, texel, semuanya menjanjikan. Untungnya pun besar, serta mudah dipasarkan," sebut Radius.
Untuk harga domba texel jumbo induk dijual senilai Rp4,5 juta. Kambing jenis randu induk dibandrol sebesar Rp2 juta. Kemudian, kambing jenis kacang induk dipatok harga jual Rp1 juta.
"Kalau untuk pesta akikah kambing kacang hanya berkisar Rp1,5 juta sampai Rp2,5 juta. Untuk kambing kurban randu dijual senilai Rp2,4 juta. Nah, untuk kambing daging Rp100 ribu per kg," terang Radi.
Usaha ternak kambing Radius, didukung 1 orang karyawan, dengan luas kandang 12 x 8 meter persegi. Biaya operasional perhari, jelasnya, Rp25 ribu jenis pakan konsentrat dan untuk rumput biaya Rp100 ribu.
"Alhamdulillah, kini omset tembus puluhan juta rupiah perbulannya," paparnya seraya menambahkan bibit kambing berasal dar Binjai, Lampung, dan Sijunjung serta beberapa daerah lainnya di Sumbar ini. (Yas)