Notification

×

Iklan

Kota Pariaman Miliki 21 Desa Wisata, Empat Berkembang Pesat

Kamis, 11 Maret 2021 | 18:25 WIB Last Updated 2021-03-11T11:25:53Z

Inilah desa wisata di Kota Pariaman. (foto ist)


Pariaman, Rakyatterkini.com – Kota Pariaman memiliki 21 desa wisata yang dibangun menggunakan dana desa. Pengembangannya disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing, sehingga dapat menarik kunjungan wisata. 


Berdasarkan data yang dihimpun, pembanguan desa wisata dimulai pada 2019, dengan anggaran dana desa. Untuk kota Pariaman, anggaran dari pemerintah pusat, sekitar Rp49,5 miliar.


Ditambah dengan alokasi dana desa dari APBD Rp44 miliar sehingga masing-masing desa di daerah itu mendapatkan dana Rp1,5 miliar hingga Rp2 miliar pertahun. 


Dana desa tersebut meningkat Rp5 miliar dari tahun sebelumnya. Di tahun 2019 hingga 2021, bersinerginya anggaran dari APBN, APBD dan Anggaran Dana Desa


Pemerhati wisata Kota Pariaman, Azwar Anas menuturkan, sebanyak 21 desa wisata yang ada di daerah itu, yang berkembang ada 4 desa seperti Desa Apar dan Desa Tungkal Selatan di Pariaman Utara, Desa Pasir Sunur di Kecamatan Pariaman Selatan, serta Desa Kampung Gadang di Kecamatan Pariaman Timur. 


Masing-masing desa belum mengerti konsep dari desa wisata itu sendiri yang pengembanganya disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing sehingga dapat menarik kunjungan wisata.


Banyak yang salah kaprah dalam mengartikan antara desa wisata dan objek wisata. Dalam membangun desa wisata haruslah memperhatikan kawasan desa, bukan hanya terfokus pada satu titik objek wisata saja.


“Saya sering  melihat beberapa fakta di lapangan, membangun desa wisata disamakan dengan membuat objek wisata. Buktinya? Dengan semakin maraknya pembuatan spot berswafoto/selfie, kemudian beberapa desa secara mudah mengklaim dirinya sebagai desa wisata,” kata ketua DPC LAKI Pariaman itu.


Tak hanya itu saja. Selama di lapangan, dirinya melihat beberapa desa wisata dibentuk karena adanya proyek dari pemerintah. Bukan atas kesadaran dari desa maupun masyarakat lokal untuk memberdayakan potensi desanya menjadi daya tarik yang memiliki nilai jual.


Setelah terbentuk kelembagaan seperti Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), kegiatan tanpa adanya proses sosialiasi dan pendampingan yang tuntas. Akhirnya, masyarakat di desa wisata yang menjadi bingung. Tak tahu harus bagaimana dan seperti apa mengelola desa wisata.


Celakanya, desa wisata kemudian hanya sebuah papan nama saja. Ketika wisatawan datang dan siap untuk membeli, pengelola desa wisata justru tak siap dengan produk yang dijual.


Dalam membangun desa wisata, tidak hanya terfokus pada satu objek wisata saja. Yang terpenting juga adalah sumber daya manusia yang tersedia. Bagaimana cara tuan rumah melayani tamu, melahirkan ide-ide dan kreativitas, melakukan pemasaran, dan kemampuan lainnya adalah proses panjang dalam membangun desa wisata yang harus terus ditingkatkan kualitasnya.


Sementara Kepala Desa Tungkal Selatan, Pariaman Utara Rahayadi Ningrat menyebutkan, Desa Tungkal telah masuk on the track dari 21 desa wisata yang ada di Kota Pariaman. 


Hingga saat ini, pihaknya dalam pembenahan Fasilitass Umum (Fasum) sebagai penunjang wisata  Desa Wisata yang mempunyai wahana agro wisata, mulai dari sepeda gantung, flying fox sampai balon udara.


“Yang manjadi kendala bagi kami adalah belum adanya fasiltas umum yang memadai, sperti toilet dan bentuk fasum lainya,” kata Rahayadi.


Kepala Dinas Pariwisata Kota Pariaman, Dwi Marhen menyebutkan, virus corona berdampak pada industri pariwisata di seluruh nusantara.  Kota Pariaman ikut terimbas merosotnya kunjungan wisata akibat virus corona.


Kota Pariaman memiliki 21 desa wisata yang ada di daerah itu, hingga kini ada 4 desa yang telah berkembang dan cukup baik yaitu Desa Apar, Desa Tungkal Selatan di Pariaman Utara, Desa Pasir Sunur di Kecamatan Pariaman Selatan, serta Desa Kampung Gadang di Kecamatan Pariaman Timur.


Dikatakan, keunikan desa wisata Apar yaitu memiliki Sekolah Tinggi Ilmu Beruk yaitu tempat berlatihnya beruk untuk memetik kelapa, lalu penangkaran penyu, dan trek mangrove. 


Sedangkan Desa Tungkal Selatan memiliki sepeda gantung yang mendukung swafoto serta ditambah dengan lokasinya di persawahan warga sehingga mendukung agrowisata. 


Pasir Sunur memanfaatkan sungai untuk fun tubing, sedangkan di Kampung Gadang yaitu kincir air serta fasilitas wisata lainnya.


“Empat desa itu yang sudah on the track dan lumayan berkembang. Sedangkan kendala utama dari 21 desa wisata itu adalah dampak covid-19 dan belum kuatnya komitmen dari kades, BUMDes dan Pokdarwis untuk mengembangkan desa wisatanya,” kata Marhen.


Pihaknya berupaya untuk mendorong dan memotivasi kepada semua desa wisata untuk terus bergerak dan mengembangkan potensinya masing-masing desa. Selain itu, pihaknya juga akan melaksanakan pendampingan secara serius dan berkelanjutan .


Pada 2019-2021 pihaknya telah melakukan pembangunan akses atau jalan menuju desa wisata yang dianggarkan pada APBD Kota Pariaman, dan melakukan pengembangan SDM kepariwisataan atau Pokdarwis.


Selain itu, pihaknya juga melakukan pembangunan Talao Pauh melalui anggaran pemerintah pusat (APBN) dan membangun tarcking mangrove di Desa Apar.


“ Pada tahun 2021 anggaran pariwisata tinggal 35 persen dari normal, karena disebabkan covid-19. Tapi masih ada 6 pelatihan untuk pengembangan SDM pariwisata se Kota Pariaman sebesar 200 juta dan melaksanakan pembangunan jalan dari dinas PUPR untuk akses ke beberapa desa wisata,” tutupnya. (Sgr)



IKLAN



×
Berita Terbaru Update