Jakarta, Rakyatterkini.com – Situasi terbaru menunjukkan gelombang eksodus warga Israel menuju Pulau Siprus melalui jalur laut, menyusul meningkatnya ketegangan akibat serangan Iran terhadap Israel.
Menurut laporan *Globe Eye News*, lebih dari 30.000 orang dilaporkan telah meninggalkan Israel dan menuju Pulau Siprus. Sementara itu, media Israel *Haaretz* mengungkapkan bahwa para pengungsi tak hanya berasal dari kalangan warga negara Israel, melainkan juga mencakup warga asing yang berada di negara tersebut.
Pelarian ini dilakukan dengan memanfaatkan kapal pesiar, dan banyak di antara mereka rela membayar hingga ribuan shekel—setara puluhan juta rupiah—demi dapat menyeberangi Laut Mediterania ke Siprus.
Pulau Siprus sendiri terletak di kawasan Mediterania Timur, tepat di selatan Turki. Secara politik, wilayah ini terbagi menjadi dua entitas: bagian selatan dikuasai oleh Republik Siprus dengan dominasi etnis Yunani, sementara bagian utara dikuasai oleh Republik Turki Siprus Utara yang hanya diakui oleh Turki dan belum mendapatkan pengakuan internasional.
Dengan masih ditangguhkannya penerbangan komersial dari Israel, banyak warga beralih ke jalur laut sebagai opsi evakuasi. Mereka bergantung pada jaringan tidak resmi yang menawarkan jasa pelarian dengan biaya tinggi.
*Haaretz* juga melaporkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, marina di Kota Herzliya telah berubah fungsi menjadi semacam "terminal keberangkatan" darurat. Pemilik kapal pesiar di pelabuhan Haifa dan Ashkelon pun ikut serta dalam mengangkut kelompok-kelompok kecil, masing-masing berisi hingga 10 penumpang, yang terdiri atas warga lokal dan asing.
Hingga saat ini, otoritas kependudukan dan imigrasi Israel mengaku belum mampu menghitung secara pasti jumlah orang yang melarikan diri lewat jalur laut.
Tarif pelarian ini pun melonjak seiring meningkatnya permintaan. Salah satu warga Israel menyebutkan bahwa ia harus membayar 2.500 shekel (sekitar Rp10,8 juta) per orang, sementara warga lainnya dikenai tarif mencapai 6.000 shekel (sekitar Rp26 juta).
Seorang kapten kapal mengungkapkan, "Semua ini soal penawaran dan permintaan. Kalau mereka ingin pergi, maka mereka harus membayar."
Laporan Haaretz ini muncul tak lama setelah militer Iran pada Minggu (15 Juni 2025) mengeluarkan peringatan langsung kepada para pemukim Israel agar segera meninggalkan wilayah tersebut. Dalam pernyataannya, militer Iran menegaskan bahwa wilayah Israel "akan menjadi tak layak huni dalam waktu dekat", seraya menambahkan bahwa tempat perlindungan (bunker) pun tak akan lagi menjamin keselamatan.(da*)