Padang, Rakyatterkini.com – Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai penghormatan atas jasa Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan dan kesetaraan. Melalui perjuangannya, perempuan Indonesia kini dapat menikmati akses yang lebih luas terhadap pendidikan, pekerjaan, dan berbagai bidang kehidupan lainnya.
Namun, Kartini bukanlah satu-satunya sosok yang berjasa dalam memperjuangkan emansipasi wanita. Di ranah Sumatra Barat, dua tokoh perempuan tangguh, Rasuna Said dan Rohana Kuddus, turut ambil bagian dalam mengangkat derajat perempuan melalui gerakan sosial dan pendidikan. Mereka menjadi pelopor dalam membangun kesadaran perempuan akan pentingnya ilmu dan peran dalam masyarakat.
Kini, perempuan-perempuan luar biasa itu telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Jejak perjuangan mereka menjadi fondasi yang memungkinkan perempuan masa kini tampil aktif di berbagai sektor, mulai dari politik, hukum, hingga kepemimpinan.
Menurut Bundo Kanduang Sumatra Barat, Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib, perempuan Minangkabau kini telah mengalami kemajuan yang signifikan. Mereka memiliki kebebasan menentukan jalur pendidikan maupun karier sesuai dengan kapasitas dan pilihan masing-masing.
Meski demikian, ia menyoroti bahwa kemajuan ini belum sepenuhnya berakar pada nilai-nilai budaya lokal. Pengamalan falsafah dan adat Minangkabau masih kurang terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, Minangkabau memiliki nilai-nilai luhur yang termuat dalam falsafah "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah", yang telah dilembagakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2022. Filosofi ini seharusnya menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan, termasuk bagi kaum perempuan.
Salah satu manifestasi adat Minang yang menjunjung tinggi kehormatan perempuan adalah *Sumbang Duo Baleh*, yakni dua belas larangan yang mengatur perilaku perempuan demi menjaga martabat dan etika dalam bergaul. Menurut Bundo Kanduang, pengamalan nilai-nilai seperti ini penting agar kemajuan perempuan tetap sejalan dengan akar budaya dan identitas diri.
"Perempuan Minangkabau adalah *Limpapeh Rumah Nan Gadang*, tiang utama dari bangunan adat. Ia harus kuat karena menjadi penyangga utama. Jika tiang itu goyah, maka runtuhlah rumah gadang," ujar Bundo Kanduang Raudha Thaib pada Minggu (20/4/2025).
Ia menegaskan bahwa perempuan Minang bukan sekadar pelengkap dalam struktur sosial, tetapi pemegang peranan moral yang sangat penting. Mereka turut membentuk karakter generasi, mendampingi para *datuk*, *ninik mamak*, serta anak-anak dalam keluarga dan kaum.
Di era yang serba cepat dan modern ini, perempuan dituntut memahami peran dan posisinya dengan bijak. Karena itulah, Bundo Kanduang berpesan agar perempuan Minang tetap teguh menjalankan agamanya. Ia meyakini bahwa apabila agama dijalankan dengan baik, maka adat pun akan terlestarikan.
"Perempuan Minang perlu terus belajar dan mengevaluasi diri. Belajar memahami adat, berkaum, babako, hingga menjalankan peran dalam struktur kekerabatan adalah bagian dari jati diri kita," tambahnya.
Menutup pesannya, Bundo Kanduang berharap agar Hari Kartini tidak hanya menjadi perayaan seremonial. Ia mengajak seluruh perempuan Minangkabau untuk menjadikan setiap hari sebagai kesempatan memperdalam pemahaman terhadap nilai adat, budaya, dan kearifan lokal, agar peran perempuan semakin kokoh di tengah perubahan zaman.(da*)