Notification

×

Iklan

Perang Dagang: Strategi Tarif yang Berujung pada Zero-Sum Game

Minggu, 06 April 2025 | 10:00 WIB Last Updated 2025-04-06T03:00:00Z


Penulis: Prof Yazid Bindar 

RAKYATTERKINI.COM - Perang dagang terjadi ketika dua negara atau lebih saling mengenakan tarif impor dalam upaya melindungi industri domestik dan mengurangi defisit perdagangan. 

Dalam perspektif teori permainan, perang dagang sering kali menciptakan kondisi zero-sum game, di mana keuntungan satu negara berarti kerugian bagi negara lain, tanpa adanya peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan. 

Jika kedua negara terus meningkatkan tarif, maka dampak negatifnya bisa lebih besar dibandingkan manfaat yang diperoleh, menyebabkan stagnasi ekonomi atau bahkan resesi.

 Tarif dan Distorsi Keunggulan Komparatif 

Menurut teori keunggulan komparatif, negara seharusnya mengkhususkan diri dalam produksi barang yang dapat dihasilkan dengan biaya relatif lebih rendah dibandingkan negara lain. 

Namun, penerapan tarif justru menghambat perdagangan bebas dan memaksa negara untuk memproduksi barang yang tidak efisien, mengorbankan manfaat dari spesialisasi dan perdagangan internasional. 

Ini dapat mengakibatkan kenaikan harga barang, berkurangnya pilihan bagi konsumen, serta menurunnya efisiensi dalam alokasi sumber daya.

Efek Negatif Tarif terhadap Produksi Domestik 

Ironisnya, kebijakan tarif yang dimaksudkan untuk melindungi industri dalam negeri juga dapat berdampak negatif pada sektor produksi domestik. 

Banyak industri modern bergantung pada rantai pasok global, di mana bahan baku dan komponen berasal dari berbagai negara. Pengenaan tarif terhadap impor dapat meningkatkan biaya produksi, sehingga mengurangi daya saing produk domestik. 

Dalam teori ekonomi kesejahteraan, tarif yang tinggi menciptakan hilangnya efisiensi ekonomi akibat distorsi harga dan penurunan konsumsi serta produksi optimal.

Dilemma saling membalas menuju Eskalasi Perang Dagang 

Perang dagang sering kali mengikuti pola  saling membalas, sebuah konsep dalam teori permainan yang menunjukkan bagaimana strategi saling membalas dapat berujung pada kerugian bagi semua pihak. 

Jika satu negara menerapkan tarif, negara lain cenderung merespons dengan tindakan serupa. Akibatnya, kedua belah pihak mengalami kerugian dalam bentuk biaya produksi yang lebih tinggi, ekspor yang menurun, dan ketidakpastian ekonomi. 

Contoh nyata dari fenomena ini adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang tidak hanya merugikan kedua negara tetapi juga mengganggu ekonomi global.

Dari Zero-Sum Menuju Positive-Sum Game 

Alih-alih mempertahankan kebijakan proteksionisme yang menciptakan kondisi zero-sum, negara-negara dapat mencari solusi yang mengarah pada positive-sum game, di mana semua pihak mendapatkan keuntungan. 

Pendekatan seperti perjanjian perdagangan bebas, diplomasi ekonomi, dan diversifikasi pasar dapat menjadi alternatif untuk mengurangi dampak perang dagang. 

Dengan memperkuat kerja sama internasional dan memperbaiki mekanisme perdagangan global, negara-negara dapat menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara perlindungan industri domestik dan manfaat perdagangan internasional.

Kesimpulan 

Perang dagang yang ditandai dengan kebijakan saling mengenakan tarif impor sering kali menghasilkan kondisi zero-sum game, di mana tidak ada pihak yang benar-benar diuntungkan dalam jangka panjang.

Selain menghambat efisiensi perdagangan dan keunggulan komparatif, perang dagang juga merugikan industri domestik yang bergantung pada bahan baku impor. 

Untuk keluar dari jebakan ini, negara-negara perlu beralih ke strategi perdagangan yang lebih terbuka dan kolaboratif guna menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update