Notification

×

Iklan

China Buka Peluang Dialog Dagang dengan AS

Jumat, 11 April 2025 | 10:00 WIB Last Updated 2025-04-11T03:00:00Z

Ilustrasi


Jakarta, Rakyatterkini.com – Pemerintah Tiongkok menyatakan kesiapan untuk membuka dialog dengan Amerika Serikat (AS) guna meredakan ketegangan dalam perang dagang yang sedang berlangsung.

Hal ini tercantum dalam bagian keenam dokumen resmi (white paper) berjudul *"Posisi Tiongkok terhadap Beberapa Isu dalam Hubungan Ekonomi dan Perdagangan Tiongkok-AS"* yang dipublikasikan oleh Kantor Informasi Dewan Negara (SCIO) pada 9 April lalu. Meski demikian, Tiongkok menetapkan syarat bahwa pembicaraan harus dilakukan di atas dasar kesetaraan.

Pemerintah Tiongkok, di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, menekankan bahwa kerja sama ekonomi dengan AS seharusnya menguntungkan kedua belah pihak.

“Sebagai dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, Tiongkok dan Amerika memiliki hubungan dagang yang sangat luas dan kompleks, melibatkan banyak sektor dan pihak. Maka dari itu, perbedaan pandangan sangat mungkin terjadi,” tertulis dalam dokumen tersebut, dikutip pada Kamis (10/4).

China menilai bahwa solusi terbaik untuk menyelesaikan perbedaan tersebut adalah melalui dialog yang setara dan saling menghormati. 

Menurut Beijing, kerja sama ekonomi yang stabil dan saling menguntungkan antara kedua negara tidak hanya penting bagi warga mereka, tetapi juga berdampak signifikan terhadap stabilitas dan pembangunan global.

Tiongkok juga menyampaikan bahwa konflik dan perbedaan antarnegara merupakan hal yang lumrah, dan cara menyelesaikannya bisa sangat beragam.

“Pendekatan berupa dialog dan konsultasi terbukti lebih efisien dalam menyelesaikan sengketa, sekaligus menghindari beban tambahan bagi komunitas internasional,” ujar Tiongkok.

Dengan dialog yang sejajar, menurut mereka, masing-masing pihak dapat menjelaskan posisinya secara terbuka, mengklarifikasi fakta, serta merumuskan solusi yang saling bisa diterima.

Tiongkok berharap hubungan ekonomi dan perdagangan yang sehat dan berkelanjutan antara mereka dan AS bisa membawa manfaat bagi dunia secara luas.

“Perang dagang tidak akan menghasilkan pemenang. Proteksionisme hanya akan membawa pada kebuntuan. Kesuksesan ekonomi Tiongkok dan Amerika seharusnya menjadi peluang bersama, bukan ancaman. Diharapkan AS mau bekerja sama dengan Tiongkok, sesuai dengan komitmen yang pernah disampaikan oleh kedua pemimpin negara pada awal tahun ini,” tambah pernyataan tersebut.

Dalam perang dagang yang memanas selama beberapa tahun terakhir, kebijakan tarif timbal balik yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump turut memukul perekonomian Tiongkok. Tarif awal yang dikenakan sebesar 10 persen terus naik secara bertahap hingga mencapai 125 persen akibat aksi balasan dari pihak China.

Salah satu alasan utama di balik kebijakan tersebut adalah defisit perdagangan Amerika terhadap Tiongkok. Pada masa pemerintahan Trump, terutama tahun 2018, defisit perdagangan AS terhadap China mencapai US$418 miliar.

Sementara itu, menurut data dari Biro Sensus AS, pada tahun 2024 surplus perdagangan Tiongkok terhadap Amerika tercatat sebesar US$295,4 miliar, meningkat dari US$279,1 miliar pada tahun sebelumnya.

Tiongkok menolak tudingan bahwa mereka sengaja menciptakan surplus tersebut. Sebaliknya, mereka menilai ketimpangan neraca perdagangan merupakan dampak dari struktur ekonomi AS serta sistem kerja sama global.

“Ketimpangan perdagangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat merupakan hasil dari struktur internal ekonomi AS, serta pembagian kerja dan keunggulan komparatif antarnegara. Tiongkok tidak pernah secara sengaja menargetkan surplus,” tegas pihak Tiongkok dalam dokumen itu.(da*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update