![]() |
Hujan lebat akibat Badai Ivo menyebabkan banjir parah di Redon. |
Jakarta, Rakyatterkini.com– Tiga badai multisel terdeteksi di wilayah Indonesia, berpotensi memicu cuaca ekstrem hingga akhir pekan di sejumlah daerah.
Menurut Pakar Klimatologi BRIN, Erma Yulihastin, istilah "badai multisel" digunakan karena terdiri dari kumpulan awan Cumulonimbus (Cb) atau dikenal sebagai badai petir. Fenomena ini termasuk dalam kategori cuaca ekstrem, sebanding dengan tornado dan puting beliung.
Ketiga badai tersebut teridentifikasi di Sumatera Selatan, Jawa Barat-Banten, serta Jawa Tengah-Jawa Timur. Berdasarkan pemantauan radar, badai multisel di Jawa Barat-Banten dan Jawa Tengah-Jawa Timur memiliki pola kombinasi antara klaster dan garis, sementara di Sumatera berbentuk klaster.
Erma menjelaskan bahwa badai multisel ini terbentuk akibat pergerakan dan perkembangan vortex, yang berpotensi menjadi bibit siklon di Samudera Hindia.
"Fenomena ini memungkinkan terjadinya akumulasi awan yang membawa hujan dari Samudera Hindia, pertama kali berdampak di Sumatera sebelum kemudian bergerak ke Jawa, termasuk wilayah Jabodetabek," jelasnya, Sabtu (8/3/2025).
Akumulasi awan diperkirakan meluas hingga perairan selatan Jawa, sebagaimana yang sudah terjadi di bagian barat dan timur pulau tersebut. Erma menekankan bahwa awan-awan ini tidak berbentuk tunggal, melainkan berkelompok atau multisel.
Sementara itu, Bibit Siklon Tropis 98S yang terpantau di wilayah tersebut memiliki kecepatan sekitar 35 km/jam. Meski peluang berkembang menjadi siklon tropis masih rendah, keberadaannya tetap berdampak terhadap kondisi cuaca di daratan.
"Dampak utama siklon tropis biasanya hanya terfokus di wilayah sekitarnya. Namun, selama masih dalam fase bibit siklon, justru berperan dalam mengalirkan kelembapan dari Samudera Hindia ke Sumatera dan Jawa," paparnya.
Selain itu, Erma juga menyoroti pertemuan gelombang Kelvin dan Rossby di wilayah Sumatera Selatan dan Jawa Barat, termasuk di Selat Sunda. Fenomena ini diperkirakan akan berlangsung hingga 9 Maret 2025.
Ia memperingatkan bahwa pertemuan gelombang tersebut berpotensi memperburuk kondisi cuaca, karena dapat menarik awan dari Samudera Hindia ke wilayah bertekanan rendah di bagian barat Indonesia.
"Periode ini diprediksi berlangsung hingga 9 Maret, yang bertepatan dengan dasarian pertama bulan ini. Sejak beberapa bulan lalu, kita telah mengantisipasi bahwa puncak cuaca ekstrem akan kembali meningkat pada periode ini," ungkapnya. (da*)