Notification

×

Iklan

Siswi SMK di Nias Selatan Diduga Dianiaya Kepala Sekolah

Kamis, 20 Maret 2025 | 00:00 WIB Last Updated 2025-03-19T17:00:00Z

ilustrasi


Nias Selatan, Rakyatterkini.com – Seorang siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Pulau-Pulau Batu diduga menjadi korban penganiayaan berupa penamparan. Korban, YD (17), merupakan siswi di salah satu SMK yang berlokasi di Pulau Tello, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.  

Peristiwa ini terjadi saat proses belajar mengajar berlangsung sekitar pukul 09.00 WIB. Berdasarkan keterangan korban kepada media, ia mengalami kejadian tersebut akibat tindakan seorang kepala sekolah berinisial FD di dalam ruang kelas.  

YD awalnya tidak langsung menceritakan kejadian ini kepada orang tuanya karena merasa ketakutan. Namun, kakaknya curiga melihat perubahan ekspresi adiknya yang tidak biasa sepulang sekolah. Setelah dugaan penganiayaan tersebut, YD mengalami mimisan yang tak kunjung berhenti.  

"Adik saya mengalami mimisan terus-menerus sepulang dari sekolah, bahkan berlangsung cukup lama," ungkap Fitri Duha, kakak YD, kepada RadarSumbar.com pada Sabtu (15/3/2025) malam.  

Menurut pengakuan YD, kepala sekolah tersebut masuk ke kelas dan menampar beberapa siswa laki-laki, termasuk dirinya. Ia bahkan mendapatkan dua kali tamparan yang mengakibatkan kepalanya terbentur ke dinding kelas pada Jumat (7/3/2025) pagi.  

"Saya satu-satunya siswi perempuan yang ditampar. Saya ditampar dua kali, lalu mulut saya ditekan, setelah itu saya didorong hingga membentur dinding," ujar YD dengan suara bergetar.  

Siswi yang bersekolah di Jalan Mayor Elisa Rambe, Siduaewali, Pulau Tello, ini mengaku langsung merasa pusing dan mengalami mimisan saat tiba di rumah.  

Setelah kejadian tersebut, YD diminta keluar dari kelas dan diarahkan ke ruang guru. Namun, ia pulang tanpa didampingi guru atau staf sekolah.  

Keesokan harinya, ayah YD, Atumbuo Duha, yang tinggal di Pulau Biang, Kecamatan Pulau-Pulau Batu Utara, langsung datang ke Pulau Tello setelah mendengar kabar tentang dugaan penganiayaan terhadap putrinya.  

Setelah mendengar cerita dari YD, Atumbuo mendatangi sekolah untuk meminta penjelasan. Namun, ia terkejut ketika kepala sekolah langsung membela diri sebelum ia sempat berbicara.  

"Saat saya datang ke sekolah, seorang guru menyuruh saya menunggu. Tak lama kemudian, kepala sekolah itu langsung mengatakan bahwa ia tidak memukul anak saya, padahal saya belum mengatakan apa pun," ungkap Atumbuo.  

Sebagai seorang nelayan, Atumbuo menuntut pertanggungjawaban dari kepala sekolah dengan surat pernyataan di atas materai. Namun, kepala sekolah menolak permintaan tersebut.  

"Saya meminta pertanggungjawaban secara tertulis karena anak saya tidak pernah mengalami mimisan sebelumnya. Jika ada masalah kesehatan yang muncul akibat kejadian ini, kepala sekolah harus bertanggung jawab. Tapi dia menolak," katanya.  

YD kemudian dibawa ke UPTD Puskesmas Pulau Tello untuk mendapatkan perawatan medis akibat mimisan yang dialaminya setelah insiden tersebut.  

"Kami ingin dia bertanggung jawab sepenuhnya. Anak saya sekarang mengalami trauma dan bahkan enggan pergi ke sekolah," tambahnya.  

Saat dikonfirmasi, kepala sekolah SMK Negeri 2 Pulau-Pulau Batu, FD, membantah telah melakukan penganiayaan.  

"Itu tidak benar. Saya yang tahu kejadian sebenarnya," katanya dengan nada tinggi melalui sambungan telepon pada Sabtu (15/3/2025) malam.  

FD juga menuduh orang tua korban mengarang cerita dan bersikeras bahwa ia hanya memberikan teguran dalam konteks pembelajaran.  

"Saya hanya marah kepadanya dan menyuruh keluar dari kelas. Itu bagian dari mendidik," ujarnya.  

Namun, ketika dimintai penjelasan lebih lanjut mengenai alasan kemarahannya, FD memilih mengakhiri pembicaraan.  

"Terima kasih, Pak. Itu saja yang bisa saya jawab," katanya sebelum menutup telepon.(da*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update