Notification

×

Iklan

PBB Peringatkan Asia: Perubahan Iklim Semakin Mengkhawatirkan

Minggu, 09 Maret 2025 | 08:30 WIB Last Updated 2025-03-09T01:30:00Z

Sungai Negro saat kekeringan melanda sungai Amazon di Manaus, negara bagian Amazonas, Brasil, Rabu (9/10/2024).


Jakarta, Rakyatterkini.com– Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan peringatan khusus bagi negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, terkait ancaman perubahan iklim. Laporan terbaru dari Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengungkap analisis bencana sepanjang tahun 2023 dan dampaknya di masa mendatang.


Laporan berjudul State of Climate in Asia 2023 menyoroti semakin mengkhawatirkannya perubahan iklim yang berpotensi menimbulkan bencana besar di kawasan Asia.


Dalam laporan tersebut, ditemukan percepatan signifikan pada beberapa indikator utama perubahan iklim, seperti meningkatnya suhu permukaan, pencairan gletser, serta kenaikan permukaan air laut.


Asia tetap menjadi kawasan yang paling rentan terhadap bencana alam akibat faktor cuaca dan iklim. Pemanasan di benua ini meningkat lebih cepat dibandingkan rata-rata global, dengan tren hampir dua kali lipat sejak periode 1961-1990.


“Kesimpulan dari laporan ini memberikan kesadaran besar bagi kita semua,” ujar Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, dalam keterangan yang diterima CNBC Indonesia.


Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Ribuan Nyawa Melayang

Berdasarkan data Emergency Events Database, sepanjang tahun 2023 tercatat sebanyak 79 bencana hidrometeorologi terjadi di Asia. Dari jumlah tersebut, lebih dari 80% di antaranya disebabkan oleh banjir dan badai, dengan korban jiwa mencapai lebih dari 2.000 orang dan sembilan juta orang terdampak secara langsung.


Suhu ekstrem juga menjadi ancaman lain. Meskipun risiko kesehatan akibat gelombang panas terus meningkat, beruntungnya tidak ada laporan kematian yang disebabkan oleh kondisi ini di Asia.


“Seperti yang terjadi di tahun 2023, negara-negara yang rentan tetap mengalami dampak yang tidak proporsional. Misalnya, Topan Mocha yang menjadi badai terkuat di Teluk Benggala dalam satu dekade terakhir, menerjang Bangladesh dan Myanmar,” ujar Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (ESCAP), Armida Salsiah Alisjahbana.


Ia menambahkan bahwa sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan yang lebih baik telah berhasil menyelamatkan ribuan nyawa.


Ribuan Pulau Terancam Tenggelam

Laporan ini juga menyoroti peningkatan permukaan laut yang terjadi sejak Januari 1993 hingga Mei 2023. Data menunjukkan bahwa di beberapa wilayah, termasuk Indonesia, rata-rata kenaikan permukaan laut mencapai 3,4 ± 0,33 mm per tahun, lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.


Bahkan, proyeksi USAID pada tahun 2016 memperkirakan bahwa sekitar 2.000 pulau kecil di Indonesia berisiko tenggelam pada tahun 2050. Jika hal ini terjadi, sekitar 42 juta orang berpotensi kehilangan tempat tinggalnya.


Laporan ini kembali menjadi pengingat bagi umat manusia mengenai pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan. Diperlukan tindakan nyata dan segera untuk memperlambat dampak perubahan iklim agar bumi tetap menjadi tempat yang layak bagi generasi mendatang.(da*)



IKLAN



×
Berita Terbaru Update