Notification

×

Iklan

Jejak Sejarah Masjid Nurul Hikmah Sipisang, Warisan Spiritual Dua Abad yang Lalu

Rabu, 05 Maret 2025 | 12:10 WIB Last Updated 2025-03-05T05:10:00Z

Masjid Nurul Hikmah Sipisang, yang berdiri sejak dua abad lalu. | Foto AMC

RAKYATTERKINI.COM - Masjid ini sudah berdiri sejak 2 abad silam. Bangunannya beratap anjungan tiga tingkat. Masjid berada di Jorong Sipisang, Nagari Nan Tujuah, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Kenagarian Nan Tujuah, Kecamatan Palupuah.

Kini masjid yang masih berdiri kokoh itu diberi nama Nurul Hikmah Sipisang.

Camat Palupuah Nong Rianto menuturkan, Masjid Nurul Hikmah Sipisang berdiri pada tahun 1815. Masjid yang pada awal berdiri beratap ijuk itu rampung dibangun pada 1821.

“Masjid ini merupakan salah satu masjid tuo di Kecamatan Palupuh, masjid ini dibangun masyarakat Sipisang dengan cara swadaya,” ujarnya, dikutip AMC, Selasa (4/3/2025).

Masjid Nurul Hikmah Sipisang memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Selain beratap ijuk, bentuk atap dibuat bertingkat dengan tiga anjungan. Kini, atap masjid sudah diganti dengan berbahan seng.

Masjid berukuran 12×11 meter itu memiliki 9 tonggak tua atau tunggak macu yang terbuat dari kayu dan tinggi kandang 1,25 meter.

Menurut Maizul Amri, kayu tonggak tuo itu berasal dari rimbo Kelok Madang Jambu, dengan panjang lebih kurang 15 meter.

Ia bercerita, menurut keterangan tetua setempat, ada cerita tersendiri tentang tonggak tua yang digunakan. Selain harus diangkut dari jarak 1,5 KM, kayu tersebut juga diselimuti cerita spiritual.

“Saat kayu itu diambil, kayu tersebut berbunyi seperti suara kerbau dan masyarakat tidak dapat untuk menarik kayu tersebut walaupun sudah ditambah orang yang menariknya,” ucap Maizul Amri.

Lalu, kemudian dipanggil Inyiak Syekh Maulana Ibrahim yang dikenal juga dengan Inyiak Linduang Surau Batu Kumpulan. Setelah beliau datang, lalu dipukul sebanyak 3 kali, baru kayu itu dapat ditarik oleh masyarkat ke lokasi pembangunan masjid.

Disaat tonggak itu akan dipasang, masyarakat juga tidak bisa mengangkat kayu tersebut. Lalu Inyiak Syekh Maulana Ibrahim dipanggil kembali untuk membantu mengangkat kayu tunggak tuo itu.

“Syekh Maulana Ibrahim menumpukan tumit ke kayu, setelah itu baru masyarakat bisa memasangkan tunggak tuo masjid tersebut,” ujarnya.

Selain sarat cerita spiritual, masyarakat setempat juga memperoleh pengalaman, dari dulu sampai tahun 80-an kalau ada masyarakat yang berkata kata tidak pantas di dalam masjid, di malam harinya akan terdengar suara gemuruh seperti seseorang sedang marah dari dalam masjid.

Ditambahkan Maizul Amri, pada tahun 1920 atap Masjid Nurul Hikmah Sipisang ditukar menggunakan seng oleh masyarakat setempat.

Dikatakan, kondisi masjid saat ini masih baik dan tetap digunakan oleh masyarakat sebagai tempat ritual keagamaan.

Selain itu di masjid ini juga dijadikan tempat pembinaan generasi muda, tempat bermusyawarah, tempat doa syukuran setelah panen padi, sedangkan untuk shalat Jumat, shalat lima waktu, shalat tarawih dan shalat hari raya dilakukan di masjid baru yang dibangun bersebelahan dengan masjid ini.

Disebutkan, sejarah Masjid Nurul Hikmah Sipisang dicatat dengan rapi oleh pengurus masjid tertanggal 9 Desember 2004.

Saat itu, pengurus masjid diketuai Rizwan, sekretaris Aguswandi, Wali Jorong Sipisang Inyiak Eriman Dt. Bagindo. (*/vn)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update