![]() |
Coach Indra Syafri, Optimisme dari Shenzhen (kompas) |
China, Rakyatterkini.com — Garuda Muda Indonesia akan mengepakan sayapnya di pentas Asia. Nun jauh di sana.Di bawah langit Shenzhen yang dingin. Sekelompok anak muda berdiri tegak dengan dada membusung. Mereka bukan sekadar pemain sepakbola biasa.
Mereka adalah Garuda Muda, anak-anak bangsa yang membawa harapan jutaan rakyat Indonesia di pundak mereka.
Itulah untaian kalimat pelatih kepala Garuda Muda, Indra Sayafri dalam akun pribadinya yang juga dikirimkan ke Rakyatterkini.com, subuh, Rabu (12/2). Perbedaan waktu Indonesia Barat dengan Shenzhen satu jam (China Standard Time). Jika di negeri Tirai Bambu itu pukul 10.00 CST, maka di Indonesia Barat pukul 09.00.
Di sampaikan Indra, perjalanan panjang ke China bukan hal mudah. Tubuh lelah, kaki pegal, namun semangat para punggawan Timnas Garuda Muda tak pernah pudar. Tetap menyala.
Pelatih Indra Sjafri memastikan satu hal, mereka tiba dalam kondisi baik, siap berjuang. Tidak ada keluhan, tidak ada alasan. Sebab mereka tahu, di setiap langkah yang mereka tempuh, ada doa dan dukungan dari tanah air.
“Di lapangan latihan, mereka tak hanya menendang bola. Mereka sedang menanam harapan. Adaptasi bukan sekadar soal menyesuaikan diri dengan cuaca atau lingkungan, tetapi juga tentang membangun mental baja,” tutur pelatih kelahiran desa Teluk Nyiur, Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Indra Sjafri melihatnya—mata para pemainnya berbinar dengan tekad. “Pemain cukup cepat beradaptasi,” ujarnya.
“Ini bukan sekadar kata-kata, ini adalah janji bahwa mereka akan bertarung habis-habisan.” Ulas mantan pegawai kantor POS dan Giro itu optimist.
Tanggal 13 Februari 2025, pertarungan pertama dimulai. Iran menjadi lawan perdana yang harus ditaklukkan di Shenzhen Youth Football Training Centre. Ia menyebut, kondisi anak-anaknya dalam keadaan siap. Siap fisik siap mental.
Daipertegas Indra, semuanya dalam kondisi “perfeck”. Baik pemain dan tim pelatih. Maupun layanan tuan rumah . “Semuanya sangat bagus. Semua menjadi motivasi dan optimisme bagi pasukan Garuda Muda,” ulas pria kelahiran 1963 itu.
Indonesia bercokol di Grup F, Bersama tim Tangguh Asia lainnya. Selain Iran ada Uzbekistan menanti pada 16 Februari, dan Yaman menjadi rintangan terakhir di fase grup pada 19 Februari.
Iran adalah juara empat kali Piala Asia U-20 (1973, 1974, 1975 dan 1976) serta perempat-finalis musim l2023 lalu di Uzbekistan. Sedang lawan kedua, pecahan negara Yugoslavia, Uzbekistan, merupakan juara bertahan. Empat gelaran terakhir disapu bersih negara yang dulu tergabung di Kawasan Benua Eropa itu.
Lalu, bagaimana dengan Nyaman? Negara Kawasan jazirah arab itu, memang tak terlalku menonjol disbanding Iran dsan Uzbekistan. Mereka baru sekali lolos sampai perempat-final pada edisi 1975. Dengan Indonesia merupakan lawan yang saling memahami, karena sudah bertemu di babak kualifikasi Piala Asia tahun lalu dengan skor akhir 1-1.
Prestasi terbaik Tim Garuda Muda di pentas ini juga cukup mumpuni. Paling tidak Indonesia pernah menjadi juara pada 1961 bersama Myanmar. Dua kali menjadi finalis (1967 dan 1970. Peringkat ke-3 tahun 1962.
Namun pentas kali ini bukan sekadar pertandingan. Ini adalah ujian. Ujian bagi sekelompok pemuda yang ingin membawa Indonesia ke panggung dunia. Mereka menargetkan semifinal, bukan untuk sekadar melaju, tetapi untuk memastikan satu tempat di Piala Dunia U-20 2025 di Chile.
“Mereka bukan hanya bermain untuk diri mereka sendiri. Mereka bermain untuk tanah air, untuk kebanggaan, untuk mimpi yang lebih besar dari sekadar sebuah turnamen,” tambah Indra.
Jadi, saat peluit pertama berbunyi, ingatlah, setiap tekel, setiap sprint, setiap keringat yang menetes adalah bagian dari perjuangan panjang. Perjuangan anak-anak muda yang ingin menuliskan sejarah.
“Garuda Muda tidak datang ke China untuk sekadar bermain. Mereka datang untuk menang,” tekad pelati yag juga mantan pemain PSP Padang itu. (Rra)