Notification

×

Iklan

Tradisi Manamaik: Akulturasi dalam Kehidupan Masyarakat Tandikek Utara, Padang Pariaman

Senin, 06 Januari 2025 | 17:13 WIB Last Updated 2025-01-06T10:13:46Z

Tradisi manamaik di Tandikek Utara, Padang Pariaman.

RAKYATTERKINI.COM - Minangkabau merupakan daerah yang memiliki tradisi dan kebudayaan yang masih berkembang dalam masyarakat. 

Kebudayaan merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sekelompok manusia, seperti bagian kebudayaan lainnya yang mengandung nilai-nilai budaya serta gagasan masyarakat. Hal tersebut merupakan folklore bagian dari kebudayaan. 

Menurut Danandjaja (1984:2) folklore adalah sebagian dari kebudayaan yang kolektif yang diwariskan secara turun-temurun baik secara lisan maupun gerak isyarat atau alat bantu pengingat.

Folklore merupakan suatu bentuk identitas kebudayaan dalam masyarakat pemiliknya. Menurut Brunvand  (Danandjaja, 1984:21), folklore memiliki tiga jenis sebagai berikut: folklore lisan, folklore sebagian lisan dan bukan lisan. 

Folklore lisan adalah folklore yang bentuknya murni lisan, seperti: a) bahasa rakyat, b) ungkapan tradisonal, c) pertanyaan tradisonal, e) cerita prosa rakyat, f) nyanyian rakyat.

Folklore sebagian lisan adalah folklore yang bentuknya campuran lisan dan bukan lisan, seperti: kepercayaan rakyat, teater rakyat, nyanyian rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat. 

Sedangkan folklore bukan lisan adalah folklore yang bentuknya bukan lisan, seperti: obat-obatan tradisional, makanan tradisional, dan lain-lain.

Masyarakat Minangkabau sebagai salah satu suku bangsa Indonesia yang memiliki beragam kepercayaan rakyat. Kepercayaan rakyat yang masih berkembang dalam masyarakat, diwariskan secara turu-temurun pada generasi berikutnya.

Dari uraian tersebut tradisi yang berkembang dan dipercaya masyarakat adalah salah satu bagian dari folklor sebagian lisan. Karena upacara adat, adat istiadat serta pesta rakyat. 

Penulis mengatakan hal tersebut folklore karena di dalam tradisi yang akan penulis teliti ada bacaan-bacaan  yang termasuk folklore lisan, ada juga pesta rakyat yang termasuk ke dalam folklor sebagian lisan dan ada juga upacara kematian yang termasuk juga folklor sebagian lisan. 

Karena hal tersebut tradisi manamaik tidak hanya diisi oleh satu bagian folklore saja melainkan semua aspek mencakup di dalam tradisi tradisi manamaik tersebut. Tetapi masalah yang paling besar dihadapi dalam tradisi ini adalah kurangnya minat anak muda untuk belajar bacaan tradisi manamaik.
    
Padang Pariaman merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Barat. Ibukota dari Kabupaten Padang Pariaman sendiri sekarang adalah Parit Malintang, dahulu Ibukota dari Kabupaten ini adalah Kota Pariaman sekarang namun mekar pada tahun 2004. 

Padang Pariaman adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Dilansir dari Langgam Id tentang profil Padang Pariaman, Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.328,79 km² dan Penduduk kabupaten ini berjumlah 413.272 jiwa (2018), terdiri dari 203.602 laki-laki dan 209.670 perempuan. Serta, 93.903 rumah tangga. 

Kabupaten ini bermotto "Saiyo Sakato". Kabupaten ini terletak pada koordinat 0.19’15”-0.48’59” Lintang Selatan dan 99.57’43”-100.27’94″ Bujur Timur. Kabupaten ini terdiri dari 17 Kecamatan.

Padang Pariaman juga memiliki tradisi-tradisi unik yang berkembang dalam masyarakat hingga sekarang. Salah satu tradisi yang masih eksis yaitu Tradisi Manamaik, tradisi manamaik merupakan sebuah acara pengajian, pengajian ini tentu berkaitan dengan upacara kematian, jadi mangaji ini adalah mangaji yang dilaksanakan ketika salah seorang warga masyarakat meninggal maka diadakan pengajian.

Bacaan yang ada dalam tradisi manamaik terdiri atas bacaan-bacaan Alquran, Tahlil, Salawat Nabi, Asmaul Husna dan Doa-doa yang ditujukan kepada jenazah. 

Mangaji Ya Akrama tidak satu hari saja melainkan duo hari, manigo hari, manujuah hari, manduo kali tujuah, ma ampek puluah sampai terakhir maratuih hari. 

Mengaji Ya Akrama ini merupakan sebuah upacara peringatan kematian yang diiriingi dengan doa, dan tidak lupa juga Tabie dan Tirai sebagai lambang dari adat Minangkabau.

Tradisi Manamaik merupakan asal muasal perkembangan Islam di Minangkabau tentu yang membawa pertama kali adalah Syekh Burhanudin dengan kepiawaiannya menyebarkan agama Islam dan ajaran Islam ini di akulturasikan dengan kebiasaan masyarakat. 

Dahulunya masyarakat Padang Pariaman setelah meninggal ada sebuah nyanyian seperti di bawah ini:

Cubadak di tanah taban
simantuang di tanjuang mutuih
Tampek bapijak nan alah taban
Tampek bagantuang nan alah putuih
Baa ka den ko lai
Baa ka den ko lai

Itu nyanyian lagu sebelum masyarakat mengenal Isla. Setelah mengenal Islam yang dibawa oleh Syekh Burhanudin maka nyanyian ini tetap ada tapi diubah liriknya dengan ayat-ayat Alquran seperti di bawah ini:

Taryalai latuk salafat lanal mukzim zatil alulamin
Yauzuzaman waiza kumu akufuzu liwannadami
Nuan min nuan nusa hidahum walaufitariki zulumain
Lailahailallah hula ilahailallah
Lailahailallah hula ilahailallah
Lailahailallah hula ilahailallah

Sama seperti lagi di atas nada dan cara menyanyikannya tapi Syekh Burhanudin dengan piawai memasukan ayat Alquran tetapi boleh dinyanyikan seperti lagu di atas. 

Itu adalah jenis akulturasi antara Islam dengan budaya Minangkabau sebelum mengenal Islam. Jadi tradisi manamaik tidak hanya ada dalam acara kematian saja melainkan ada juga acara sebelum baralek, menjelang puasa, hari raya, hari raya kurban, mandoa dan lainnya. 

Tradisi Manamaik diyakini serta dipercayai oleh semua orang yang ada di wilayah Tandikek Utara. (*)

Penulis: Abdul Jamil Al Rasyid 
Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas


IKLAN



×
Berita Terbaru Update