![]() |
Anak-anak Gaza kehilangan orang tua akibat serangan Israel. | Foto Antara |
RAKYATTERKINI.COM - Hingga awal tahun 2025, kondisi di Jalur Gaza masih sangat memprihatinkan, dengan jumlah korban tewas terus bertambah setiap harinya.
Israel terus melakukan serangan sistematis yang menghancurkan Gaza, mulai dari utara hingga selatan, dan dari timur ke barat, dengan serbuan yang begitu masif dan tepat sasaran.
Pada 31 Desember 2024, Jalur Gaza menjadi saksi hilangnya harkat dan martabat kemanusiaan bagi 2,5 juta penduduk Palestina yang tinggal di wilayah tersebut.
Menurut Antara, hanya dalam waktu 14 bulan setelah Israel melancarkan serangan balasan atas operasi Badai Al Aqsa yang dilakukan oleh kelompok Hamas, lebih dari 45.500 warga Gaza telah tewas, kebanyakan perempuan dan anak-anak.
Lebih dari 100.000 lainnya terluka, sementara ribuan orang lainnya ditangkap dan disandera di penjara-penjara mematikan Israel.
Direktur Kompleks Medis Al-Shifa, Mohammad Abu Salmiya, dalam konferensi pers yang diadakan untuk memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional di Kompleks Medis Nasser, Gaza Selatan, menyatakan bahwa lebih dari 2.000 orang dengan cedera tulang belakang dan otak kini terbaring di tempat tidur dan sangat membutuhkan rehabilitasi segera.
Ribuan orang lainnya juga mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan akibat serangan bom yang terus berlangsung.
Sistem kesehatan di Gaza hancur total, dengan tidak adanya fasilitas medis yang memadai. Rumah sakit rehabilitasi satu-satunya, Rumah Sakit Hamad, serta pusat pembuatan anggota tubuh buatan di Gaza, telah dihancurkan sepenuhnya.
Sejak 5 Oktober 2024, serangan udara Israel terus menggempur Gaza utara. Wilayah ini menjadi sasaran pengeboman besar-besaran yang menargetkan bangunan yang tersisa, terutama di sekitar Rumah Sakit Al-Awda dan Rumah Sakit Kamal Adwan, yang menyebabkan runtuhnya sistem kesehatan di Gaza utara.
Sebagai rumah sakit terbesar di Gaza Utara, Rumah Sakit Kamal Adwan sebelumnya melayani lebih dari 400.000 orang sebelum serangan dimulai. Pada 27 Desember, militer Israel mengepung fasilitas medis ini, memaksa evakuasi staf medis dan pasien. Sebagian dari rumah sakit tersebut dibakar selama penggerebekan.
Ismail Al-Thawabta, Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah Gaza, melaporkan bahwa setelah lebih dari 80 hari agresi terus-menerus terhadap Gaza utara, jumlah korban telah melampaui 4.800 orang, termasuk orang-orang yang hilang.
Lebih dari 12.500 orang terluka, dan lebih dari 1.900 orang ditahan. Al-Thawabta juga menyoroti bahwa agresi Israel ini terus menargetkan manusia dan infrastruktur vital, menghancurkan rumah sakit, sekolah, rumah tinggal, dan fasilitas penting lainnya. (*)