Notification

×

Iklan

Strategi Penggunaan Bahasa dalam Menanggapi Ujaran Kebencian di Media Sosial

Selasa, 10 Desember 2024 | 10:08 WIB Last Updated 2024-12-10T03:08:28Z


RAKYATTERKINI.COM - Ujaran kebencian di media sosial semakin menjadi perhatian karena lebih banyak orang menggunakan internet di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 

Media sosial seperti Instagram memberikan kemudahan bagi pengguna untuk berbagi pandangan dan pendapat, namun juga sering kali menjadi tempat di mana komentar negatif bermunculan. 

Penghinaan bisa melibatkan berbagai bentuk kata-kata yang merugikan, celaan, diskriminasi, atau serangan pribadi yang ditujukan kepada individu atau kelompok berdasarkan ras, agama, etnis, atau hal-hal yang bersifat sensitif lainnya.

Di kalangan mahasiswa, khususnya di Universitas Andalas, media sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mereka tak hanya berkomunikasi melalui media sosial, namun juga memperoleh informasi, menyatakan pendapat, serta menanggapi isu-isu sosial yang sedang berkembang. 

Sebagai kelompok yang terdidik, diharapkan mahasiswa bisa memanfaatkan media sosial dengan positif, meskipun terkadang mereka dihadapkan pada kesulitan dalam menanggapi ujaran kebencian yang tersebar.

Efek yang ditimbulkan oleh ujaran kebencian tidak hanya terasa oleh individu yang menjadi sasaran langsung, namun juga berdampak pada atmosfer sosial di platform media tersebut. 

Mahasiswa seringkali perlu memilih strategi yang tepat dalam menghadapi ujaran kebencian, seperti menenangkan situasi, memberikan penjelasan,atau bahkan mengambil langkah bertahan. 

Dalam situasi ini, keterampilan berkomunikasi dan strategi komunikasi mereka sangat berperan dalam memastikan hubungan yang positif dan produktif.

Penelitian ini melibatkan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif untuk meneliti strategi bahasa yang dipakai oleh mahasiswa Universitas Andalas dalam menanggapi ujaran kebencian di Instagram. 

Pendekatan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang cara mahasiswa berkomunikasi dan strategi bahasa yang mereka gunakan saat menghadapi konflik atau provokasi di media sosial.

Data dalam penelitian ini diambil dari komentar atau tanggapan mahasiswa Universitas Andalas terhadap postingan Instagram yang berisi ujaran kebencian. Data ini mencakup komentar yang ditemukan pada postingan publik atau pernyataan mahasiswa mengenai respons mereka terhadap ujaran kebencian. 

Kuesioner terstruktur dikirimkan kepada mahasiswa Universitas Andalas melalui Google Form. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman mahasiswa dalam menanggapi ujaran kebencian, strategi bahasa yang digunakan, dan alasan di balik pilihan strategi tersebut.

Fenomena ujaran kebencian di Instagram menjadi masalah serius, terutama karena platform ini sangat rentan terhadap komentar-komentar negatif. Banyak orang yang kurang bijak dalam memahami konten yang mereka lihat, sehingga mudah terjebak dalam memberikan komentar buruk.

Ujaran kebencian di media sosial ini dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang apa yang termasuk dalam kategori ujaran kebencian. Data yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan bahwa semua responden mengetahui dengan baik pengertian dan bentuk-bentuk ujaran kebencian yang ada.

Ternyata, semua responden memiliki pengetahuan dasar mengenai ujaran kebencian, baik dari segi pengertian maupun bentuk-bentuk komentar yang bisa dikategorikan sebagai ujaran kebencian. Ketika dihadapkan dengan komentar negatif, responden menunjukkan berbagai cara dalam merespons.

Ada yang membalas komentar dengan nada serupa, ada yang lebih memilih untuk memberikan tanggapan yang lebih halus, dan ada pula yang memilih untuk tidak memberikan komentar sama sekali.

Gaya bahasa yang digunakan oleh para responden beragam. Beberapa responden memilih menggunakan bahasa formal, seperti kata "anda," yang umumnya digunakan dalam situasi resmi atau sopan. 

Di sisi lain, beberapa responden memilih untuk menggunakan bahasa campuran, yaitu bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Inggris. 

Ini dimaksudkan agar hanya kalangan tertentu yang mengerti maksud dari komentar tersebut. Penggunaan bahasa asing ini juga membuat komentar menjadi lebih pribadi dan tidak mudah dipahami oleh orang yang tidak terbiasa dengan bahasa tersebut.

Selain itu, dalam banyak komentar juga ditemukan penggunaan bahasa informal dan slang, yang mencerminkan gaya berbicara sehari-hari. Misalnya, kata-kata seperti “gokil,” “santuy,” atau singkatan seperti “BGT” sering digunakan untuk mengekspresikan reaksi atau emosi dalam merespons ujaran kebencian. 

Penggunaan bahasa informal ini bertujuan untuk lebih dekat dengan audiens yang akrab dengan gaya bahasa tersebut.

Contoh-contoh komentar yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan beragam cara merespons ujaran kebencian. Salah satu komentar yang ditemukan adalah “urus hidup anda sendiri,” yang menggunakan kata ganti formal “anda” untuk merespons dengan nada yang lebih sopan terhadap komentar negatif.

Sementara itu, komentar lain seperti “bro thinks he's completely nothin' to be compared to the other fellows, jeez go get a life, what a dumb weirdo lmao” menggunakan campuran bahasa Inggris dan ekspresi yang lebih keras untuk menanggapi ujaran kebencian. 

Contoh lain seperti “emangnya lu bisa?” menggunakan bahasa informal untuk menyatakan ketidaksetujuan terhadap komentar yang bersifat merendahkan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki berbagai cara dalam merespons ujaran kebencian yang mereka temui di media sosial, khususnya Instagram. 

Penggunaan bahasa yang beragam, dari bahasa formal hingga informal, mencerminkan cara-cara mereka dalam berkomunikasi dan menanggapi komentar negatif. 

Beberapa responden memilih untuk memberikan tanggapan yang lebih halus, sementara yang lain memilih untuk memberikan tanggapan yang lebih tegas atau bahkan tidak memberikan komentar sama sekali. Ini mencerminkan beragam strategi yang digunakan untuk menghadapi ujaran kebencian. (*)

*) Ditulis Mahasiswa Universitas Andalas:
Aulia Azahra, Muhammad Alif Abdam, Muhammad Asshadiq Pratama, Nazilatil Afwa, Ulfiyah Winanta


IKLAN



×
Berita Terbaru Update