Semen Padang FC, menantang Prediksi banyak orang. |
Kalau melihat peforma tim saat ini, bisa jadi apa yang
diprediksi media tersebut menjadi kenyataan. Itupaun tim pelatih yang
dikomandoi Eduardo Almeida, tak melalukan sesuatu untuk mengubah peforma tersebut.,
Tentu tak ada pelatih yang ingin timnya terjerembab lagi setelah susah payah
bangkit dari kasta kelas dua menjadi kelas satu.
Meski bukan Eduardo yang mengangkat harkat dan martabat
Semen Padang (SP) dari lembah liga dua ke liga satu, namun pasti, pelatih asal
Portugal itu tak ingin menyia-nyiakan
harga dirinya sebagai pelatih asing, yang nota bebenya dinilai lebih
baik dibanding pelatih lokal.
Apalagi jika “dibandingkan” dengan Delvi Adri,
pelatih berlisensi AFC non Pro yang sukses mengangkat citra bekas klubnya ke
posisi yang sepantasnya.
Memang, media tersebut tak hanya menyebut SP FC yang bakal
tergusur dari Liga 1. Ada dua tim lainnya yang diprediksi bakal senasib dengan
tim dari Bukit Indarung itu. Tapi biarlah mereka menilai klub-klub lain yang
bakal hilang dari daftar Liga 1 musim depan. Tapi mari kita fokus kepada klub
kebanggan urang awak ini.
Kalau melihat perjalanan klub yang lahir sejak 1980 itu, semua
orang akan berfikir sama. Nasib Kabau Sirah akan kembali ke kubangan berlumpur
hisap. Dari analisa dan pengalaman selama berkecimpung di lingkaran sepakbola, ini adalah nasib yang
paling tragis yang dialmi Semen Padang selama tampil di Liga 1.
Ketika terdegradasi
pada musim kompetisi 2017 silam, Kabau Sirah segera bangkit musim berikutnya.
Tapi sayang, hanya satu musim, kembali jatuh ke liga 2. Inilah fase terpanjang
mereka di kasta kedua sepakbola Indonesia. Empat musim bertarung di Liga 2,
baru terselamatkan pada musim kompetisi 2024.
Adalah mantan striker Semen Padang era 1990-an, Delvii Adri
yang mengangkat kasta klub milik BUMN itu, setelah sejumlah pelatih mencoba
menguji keberuntungannya di rimba Liga 2.
Tapi, akan terasa sangat naif, jika sejarah tahun 2018
terulang. Satu musim berkompetisi, lalu terjungkal lagi ke Liga 2. Setelah itu,
entah seperti apa keberpihakan sejarah kepada klub legendaris kompetisi
sepakbola profesional Indonesia ini.
Sebagai klub yang
telah mengukir banyak sejarah dan prestasi, harus balik lagi ke komeptisi kelas dua. Seakan
gelar juara Piala Galatama 1992 yang disandang seperti tak berarti. Belum lagi
gelar runner-up Piala Indonesia 2012.
Reputasi Internasional juga ikut mewarnai perjalanan klub
yang awalnya ber-home bas di stadion Imam Bonjol dan kemudian ke stadion Agus Salim.
Mewakili Indonesia ke ajang Piala Winners Asia, buah dari gelar juara Piala
Galatama. Meski hanya sampai perempat final.
KemudIan di tahun 2013, kembali dipercaya menjadi wakil
Indonesia di Piala AFC, meski juga hanya sampai ke perempat final, karena kalah
agregat gol dengan klub East Brngal dari
India 1-2 (0-1, 1-1).
Kini dengan enteng media nasional menyebut SP akan terdegradasi
lagi, setelah berjuang empat musim di Liga 2, setahun di liga 1, lalu terguling
lagi ke liga 2?
Terlalu pagi mereka
menerka. Memang sampai pekan ke 11 kompetisi Liga 1, SP baru mengemas
enam poin. Hasil sekali menang dan tiga kali seri. Dan sudah lima pekan
menghuni dasar klasemen sementara.
Tetapi mereka lupa, bahwa kompetisi belum menuju akhir.
Tetapi masih belum separoh jalan. Putaran pertama menyisakan enam pertandingan
lagi. Putaran kedua ada 17 pertandingan yang akan dilalui. Total 23
pertandingan yang akan bisa mengubah segalanya. Tentu dengan syarat ada
perubahan signifikan dalam tim.
Oke, sisa putaran pertama tak bisa diselamatkan. Tetapi ada 51
poin lagi yang akan mengubah segalanya. Berapa persen poin yang bisa diambil
dari 51 poin tersebut?
Kunci untuk selamat, harus ada keberanian dari Penguasa Klub
untuk merevolusi semua lini. Mulai dari pemain, pelatih sampai kepada manajemen
tim. Karena Muhammad Iqbal dan kawan-kawan butuh soliditas dan semangat yang
bisa memotivasi. Seperti apa?
"Saya yakin, para pemegang kebijkan di tim ini pasti paham
dengan kondisi yang ada. Tentu tak sekadar paham, tetapi juga mengubah paham
itu menjadi saham positif untuk tim." Selamat berjuang Kabau Sirah…! (Rra)