Bernardo Tavarez, Pelatih PSM Makasar asal Portugal. |
Padang, Rakyatterkini.com—Kompetisi Liga 1 Indonesia memasuki pekan ke-11. Persaingan klub-klub peserta musim kompetisi 2024-2025, mulai menunjukan arah yang mesti dicapai. Tim papan atas, masih konsisten dengan target juara kompetisi. Sementara tim papan tengah dan bawah mulai berfikir realistis, meski pertarungan masih panjang.
Putaran pertama masih menyisakan tujuh pertandingan. Artinya segala
kemungkinan masih akan berobah. Saling sikut dan saling geser di papan klasemen
akan terus berlangsung. Beberapa klub yang berjalan konstan, mrnguasai papan
atas klasemen. Sedang klub-klub yang sepertinya masih mencari jati diri, terus
berfluktuasi.
Dari 18 kontestan, satu-satunya klub yang belum terkalahkan
adalah Persib Bandung. Tim Maung yang ber-home base di stadion Si Jalak Harupat
itu, membagi angka lima kemenangan dan lima seri dari 10 pertandingan. Cuma
saja juara bertahan ini belum ke puncak klasemen. Borneo FC dan Persebaya kokoh
di urutan puncak dan kedua dengan 21
poin. Beda satu poin dari tim Kota Kembang tersebut.
Tiga kontentan baru musim ini, PSBS Biak, Malut United dan
Semen Padang bernasib beda. Biak yang kini ditukangi pelatih Emral Abus berada
di peringkat ke-7. Malut United tertahan di rangking 12. Sedang Tim Kabau Sirah
harus pasrah sebagai penghuni dasar klasemen.
Semen Padang yang di awal musim mematok target papan atas
klasemen akhir, agaknya perlu mengubah target yang lebih realistis. Paling
tidak jangan samapi terdegradasi. Baru musim berikutnya tampil dengan gagah
berani lewat materi pemain yang berkualitas.
Jangan lagi seperti musim ini, terutama putaran pertama, “minyak habih
samba tak lamak”.
Malam ini, Semen Padang akan menjamu PSM Makasar di Stadion
Agus Salim Padang. Laga melawan peringkat enam klasemen sementara ini tentu
bukan pertandingan yang mudah bagi Muhammad Iqbal dan kawan-kawan. Tim Juku Eja
dari Selatan Pulau Selebes itu adalah tim yang terkenal punya pertahanan
tangguh.
Paling tidak, sampai pekan ke-10, PSM baru menderita sekali
kekalahan dan kemasukan enam gol, lebih satu gol dibanding Persita yang baru
kebobolan lima gol. Itu menunjukan tim asuhan Bernardo Tavarez ini sangat kuat
dan solid di lini pertahanan.
Sementara Semen Padang dari 10 pertandingan, telah kebobolan
22 gol dan hanya bisa mencetak delapan gol. Artinya dalam banyak hal, tim yang
dilatih Eduardo Almeida, kalah jauh bila dibandingkan dengan PSM Makasar.
Tetapi lumarh, sepakbola bukan hitung-hitungan di atas
kertas. Segala kemungkinan bisa terjadi di lapangan. Hal itu juga dibuktikan
tim dari Bukit Indarung itu. Setelah dibantai Dewa United dengan delapan gol,
mereka justru mampu menahan Persib Bandung di kandangnya sendiri dengan skor
1-1. Padahal banyak pengamat memprediksi kalau Kabau Sirah kembali pasrah dan
terjadi pembantaian kedua di Si Jalak Harupat.
Yang pasti, duel Semen Padang melawan PSM Makasar menarik
untuk disimak. Ada hal menarik yang bakal tersaji dari pertemuan kedua tim.
Terakhir pertemuan kedua tim berkesudahan
2-1 untuk Semen Padang. Satu hal lagi, Stadion Agus Salim belum menjadi stadion
menguntungkan bagi PSM. Mereka selalu kalah bila main di Padang.
Kondisi hari ini tentu akan berbeda. Dan pasti akan lebih
menarik. Karena duel malam ini adalah adu strategi dua pelatih dari negara yang
sama, Portugal
Eduardo Fulipe Arroja Almeida, adalah pelatih Semen Padang kelahiran Lisbon,22
Maret 1978. Karir kepelatihannya terbilang mumpuni. Ia telah menuknagi berbagai
klub di beberapa negara sebelum ke Indonesia bersama Semen Padang, Rans United
dan Arema dan kembali ke Semen Padang (2024).
Pelatih PSM, Fernando Jose Berrnardo Tavarez, kelahiran
Proenca-a-Nova, Portugal, 2 Mei 1980. Ia lebih banyak berkarir sebagai pelatih
di negera asalnya. PSM adalah klub pertamanya di Indonesia. Artinya ia kalah
pengalaman dalam memahami atmosfer sepakbola Indonesia di banding Eduardo.
Tetapi, sekali lagi, ukuran tertulis, tak berbanding lurus
dengan di lapangan. Terbukti., Tavarez bisa membawa tim Makasar itu lebih baik
dari Semen Padang. Karena sepakbola tak murini ditentukan oleh kualitas
pelatih, tetapi juga soal ketersediaan materi pemain yang berkualitas memadai.
Kita tunggu saja, hebat mana di antara Duo Portugal ini
dalam meracik strayegi dan bisa keluar sebagai pemenang. Yang pasti, yang
menang dan yang kalah adalah pelatih Portugal. (Rra)