Notification

×

Iklan

Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal AS untuk Serang Rusia, Picu Perang Dunia III?

Senin, 18 November 2024 | 12:22 WIB Last Updated 2024-11-18T06:37:40Z

Zelensky bertemu Biden. 

RAKYATTERKINI.COM - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, memberikan lampu hijau bagi Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh yang dipasok oleh AS untuk menyerang Rusia. 

Keputusan tersebut merupakan perubahan besar dalam kebijakan AS karena selama ini Ukraina terus mendesak agar larangan pemakaian rudal ATCMS dicabut, sehingga Kyiv bisa menyerang hingga ke luar perbatasannya sendiri.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky angkat bicara tentang laporan media soal izin pemakaian rudal ATACMS terhadap Rusia. Dia tidak membenarkan atau membantah bahwa Amerika Serikat telah memberikan izin untuk menggunakannya.

Dalam sebuah video, Zelensky mengatakan ia telah menyampaikan kepada sekutu mengenai "rencana untuk mencapai kemenangan". Rencana itu, menurutnya, mencakup "kemampuan jarak jauh untuk militer kami."

"Banyak media mengatakan bahwa kami telah menerima izin untuk mengambil tindakan yang tepat," katanya. "Tetapi serangan tidak dilakukan dengan kata-kata. Hal-hal seperti itu tidak diumumkan. Rudal akan berbicara sendiri."

Dikutip dari BBC Indonesia, Ukraina berencana untuk meluncurkan serangan rudal jarak jauh pertamanya dalam beberapa hari mendatang.

Di sisi lain, Kremlin belum berkomentar. Namun, pemimpin Rusia, Vladimir Putin, sudah memperingatkan pada September lalu agar tidak menggunakan senjata jenis ini dalam konflik tersebut.

Putin mengatakan keputusan seperti itu akan dianggap negara-negara NATO "berpartisipasi langsung" dalam perang di Ukraina. Dia menambahkan bahwa hal itu akan "mengubah esensi, sifat konflik, secara substansial."

Mengapa rudal ATACMS digunakan 

Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada New York Times dan Washington Post bahwa persetujuan Biden soal penggunaan rudal ATACMS merupakan respons atas keputusan Rusia yang mengerahkan tentara Korea Utara di Ukraina.

Serhiy Kuzan, ketua Pusat Keamanan dan Kerja Sama Ukraina yang berpusat di Kyiv, mengatakan kepada BBC, keputusan hari Minggu (17/11) diambil tepat waktu untuk melawan serangan besar pasukan Rusia dan Korea Utara, yang dirancang untuk mengusir pasukan Ukraina dari wilayah Kursk.

Serangan itu diperkirakan akan terjadi dalam beberapa hari mendatang. Ukraina sebelumnya memperkirakan ada 11.000 tentara Korea Utara di Kursk. (*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update