Notification

×

Iklan

Dinamika Filologi dan Kodikologi Fenomena Masa Kini

Senin, 06 Mei 2024 | 22:14 WIB Last Updated 2024-05-06T15:14:44Z


Oleh: Muhammad Yusuf
Mahasiswa Program Magister Susastra Universitas Andalas

RAKYATTERKINI.COM  -  Filologi dan Kodikologi adalah cabang ilmu yang tidak dapat dipisahkan. Jika filologi sebuah bidang yang menganalisa isi teks, kodikologi adalah bidang yang meneliti bagaimana teks tersebut terstruktur. 

Kajian seorang sastrawan tidak terbatas terhadap apa yang sedang terjadi di masa kini. Peradaban manusia yang sudah mengenal tulisan adalah sebuah bukti sejarah yang perlu untuk dijaga turun temurun. 

Dimana dalam hal ini, tulisan adalah sebuah bukti bahwa dalam suatu peradaban di masa lampau, terdapat sebuah sejarah yang ditulis atau dilukiskan suatu objek sebagai tanda teruntuk manusia di masa depan untuk menyingkap dan menemukan bahwa manusia masa lampau juga memiliki sebuah peradaban dan atau kebudayaan. 

Sebelum adanya modernisasi seperti kertas, smartphone, dan lain sebagainya, manusia jaman dulu menulis diatas sebuah daun seperti daun lontar, batu, bahkan di tengkorak Binatang. 

Tulisan-tulisan yang ditulis pada zaman dahulu mengandung unsur sejarah yang kuat dimana mereka akan menuliskan sesuatu yang mereka anggap penting ke dalam media tersebut.

Kemampuan untuk menulis ini tidak bisa dikuasai oleh semua orang. Mereka yang bisa menulis akan dianggap memiliki sebuah posisi penting sendiri di dalam sebuah Masyarakat. 

Terkait naskah atau teks kuno, para filolog menyimpulkan bahwa naskah kuno yang tersebar dibagian dunia memiliki keberhargaannya sendiri. Hal ini dapat diketahui bahwa tulisan para filsuf seperti Aristotle dan Plato sangat berharga bahkan hingga pada zaman sekarang ini. 

Naskah kuno juga merupakan sebuah proses pengarsipan atas ilmu pengetahuan yang sedang berkembang disaat itu. Salah satunya adalah sebagaimana catatan para ilmuan seperti Ibnu al-Shatir dengan konsep temuannya terkait jam matahari. 

Meskipun ada yang mengatakan bahwa jam matahari sudah ada ratusan tahun sebelum masehi, akan tetapi dikarenakan adanya keterbatasan pengetahuan pada saat itu memungkinkan bahwa tidak ditemukan catatan pada kala itu. 

Kemudian juga disusul oleh para ilmuan lain seperti penemuan aljabar oleh Al-Khawarizmi dimana ini adalah sebuah penemuan penting dan apabila ditemukan catatan mengenai pola pikir Al-Khawarizmi terkait aljabar, dapat mempengaruhi masa depan suatu bangsa dimana ini adalah sebuah penemuan mutakhir yang memberikan pengaruh. 

Tidak hanya sebatas itu, catatan-catatan kuno terkait dunia medis masa lampau akan memberikan pengaruh yang besar terkait perkembangan medis manusia. 

Dalam Nusantara, teks-teks yang berkaitan dengan naskah kuno mulai banyak dilirik orang ketika saat sekarang ini. Hal tersebut terjadi adalah bahwa sebuah pepatah;

 “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya – Soekarno”

Dengan menilik tinjauan naskah kuno, ada banyak hal yang bisa ditemui mengenai peradaban masa lampau yang kemudian dapat diteliti dengan tinjauan filologi dan juga kodikologi. Naskah-naskah ini dapat berupa syair, sebuah perjanjian, azimat, undang-undang, ajaran, dan lain sebagainya. 

Sebagaimana semestinya, naskah kuno yang ditulis bukan lah menggunakan bahasa Indonesia, akan tetapi bahasa yang digunakan dari naskah tersebut dipengaruhi oleh budaya mana yang mempengaruhi naskah tersebut. Dari era mana naskah tersebut, darimana asal usulnya, bagaimana penggunaan kertas, dan bagaimana struktur yang mambangun naskah tersebut. 

Bahasa yang digunakan di dalam sebuah naskah kuno juga dikenal sebagai aksara. Mengingat Kerajaan yang pertama berdiri di Indonesia adalah Kerajaan Kutai yang membawa pengaruh hindu dari India pada abad ke-5 masehi. 

Aksara yang digunakan dalam setiap prasasti atau naskah yang ditemukan biasanya adalah berbahasa sanskerta dengan aksara pallawa, dimana hal ini dapat dijumpai dari salah satu prasasti tertua Kerajaan Kutai yaitu Prasasti Yupa. 

Kemudian dengan masuknya pengaruh Islam perubahan aksara pun terjadi karena adanya pengaruh kekuasaan dimana Kerajaan-kerajaan Islam yang masuk pada abad ke-14 melakukan ekspansi besar-besaran dengan melalui dakwah, perdagangan, dan juga pernikahan. 

Berkat ekspansi yang dilakukan terjadi alih aksara dari pallawa menjadi arab melayu (jawi) dan juga arab jawa (pegon). Jika aksara jawi terdiri dari bahasa arab yang dibunyikan seperti bahasa melayu, maka aksara pegon adalah aksara yang lahir atas perpaduan antara bahasa arab dan juga bahasa lokal jawa, dimana pada saat itu aksara jawa masih memiliki keterkaitan hubungan dengan aksara pallawa. 

Kemunculan aksara jawi dan pegon adalah salah satu bentuk kemudahan atas penyebaran agama islam yang dilakukan di Nusantara. Di samping itu aksara ini juga digunakan sebagai suatu system pesan-berpesan yang aman tanpa perlu diketahui oleh penjajah. Kehadiran system pengajaran pondok pesantren juga memudahkan proses pengaplikasian bahasa ini menjadi bahasa sehari-hari dan sebagai media penyebaran dakwah. 

Naskah-naskah kuno yang tersebar secara luas di Nusantara ini tidak terbatas terhadap naskah aksara jawi, pegon, pallawa dan lain sebagainya. 

Penyebaran aksara di Nusantara ini memiliki diversitas yang sangat tinggi, dari keseluruhan karya-karya naskah lama, belum semua yang berhasil dipertahankan eksistensinya. Bahkan ada beberapa naskah daerah lokal yang terancam punah dikarenakan kondisi yang tidak terawat. Naskah kuno yang tersebar tidak hanya berisi tentang hikayat lama dan juga aturan-aturan lama. 

Kebiasaan bersusastra sudah ada semenjak zaman dahulu dimana penyair-penyair juga menuangkan karyanya ke dalam naskah tersebut. Sebagaimana dokumentasi syair KHR. Ahmad Al Hadi bin Dahlan Al Falaky yang di posting di situs alif.id oleh Efri Arsyad Rizal yang berbunyi;

Sepantun syair tiada salahnya
Karena tuhan tiada melarang
Tetapi ingat adab diri kita
Agar senikmatnya tetaplah jaya
(Syair ke-22) (Rizal, 2022).

Syair yang sudah diterjemahkan oleh Efri Arsyad Rizal ini merupakan sebuah penggalan dari kitab “Kumpulan Sya’ir KHR. Ahmad Al Hadi bin Dahlan Al Falaky (1895-1976)” dimana penulis dari artikel tersebut menyatakan bahwa syair ini sudah terancam punah dikarenakan kurangnya alat recorder yang memadai untuk melestarikan syair tersebut. 

Entitas teks / naskah kuno sangat jarang diminati oleh kaum muda. Hal tersebut adalah dikarenakan adanya pengaruh globalisasi yang memungkinkan teks-teks modern lebih mendominasi daripada teks-teks kuno. Ditambah fakta bahwa naskah kuno yang berasal dari Nusantara lebih menarik dimata orang luar negeri daripada dari sudut pandang bangsa sendiri. 

Terdapat banyak hal yang bisa ditemukan di dalam naskah kuno. Naskah kuno tidak hanya sebatas teks yang lahir di masa lampau, akan tetapi naskah kuno merupakan sebuah benda penting yang menyangkut identitas bangsa itu sendiri. 

Meskipun demikian, berkat adanya bidang ilmu filologi dan kodikologi, hal tersebut dapat memicu kesadaran yang dimiliki oleh Masyarakat terkait seberapa berharga naskah kuno yang mereka anggap hanya sebatas peninggalan masa kuno. 

Penelitian terhadap naskah kuno tidak terbatas terhadap menelaah isi teks dan strukturalnya, penelitian terhadap naskah kuno memberikan kontribusi yang penting dikarenakan naskah kuno adalah bukti sebuah peradaban pernah terjadi dan pernah berkembang di Nusantara. (*)

Sumber tambahan:


IKLAN



×
Berita Terbaru Update