![]() |
Ilustrasi. |
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil
Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera
RAKYATTERKINI.COM - Banyak kata ahli kitab dalam Alquran. Biasanya diikuti dengan kata dari golongan Yahudi dan Nasrani, atau Ahli Kitab saja di antara penyebutannya sebagaimana dalam Surat al-Maa'dah: 77. Meski tidak sedikit konotasi negatif terhadap para Ahli Kitab tersebut dalam Alquran. Maka secara makna, Ahli Kitab menjadi menarik.
Meski menurut para ulama' terdapat makna majazi yang berarti bukan arti sebenarnya. Tidak hendak menafikan pemaknaan para ulama' khususnya salaf, sindiran seorang tokoh seperti ar-rozi yang mengklasifikasi Ahli Kitab juga terhadap orang Islam perlu menjadi renungan bagi mukminin. Spesifikasi serta keutamaan bagi umat terdahulu sebagai pendahulu.
Membincang perspektif Filsafat sebagai diskursus pemikiran manusia, seringkali tidak lepas dari agama baik sebagai hubungan yang saling mendukung, respon terhadap agama atau setidaknya secara argumentatif berseberangan. Maka mengangkat Filsafat dalam memandang kehidupan secara mendasar, menyeluruh, dan sistematis menjadi relevan.
Filsafat, yang dimaksud adalah terhadap beberapa filsuf yang menyampaikan pandangannya bahwa manusia khususnya setelah turunnya agama besar. Terhadap orang yang beragama, beberapa filsuf meski di antaranya termasuk orang yang beragama, memandang negatif mereka dengan ungkapan kontroversial yang akhirnya berpengaruh terhadap pandangan negatif bahkan terhadap Disiplin Filsafat secara keseluruhan.
Ungkapan seperti agama sebagai candu, Tuhan telah mati, serta membutuhkan sosok ayah lebih kepada bentuk rangkulan atau respon para filsuf terhadap orang-orang beragama, baik untuk membangkitkan semangat kemanusiaan mereka, seperti semangat hidup di tengah kondisi perang sebagaimana pada perang dunia kedua misalnya, atau bahkan tanggapan terhadap mereka yang tidak tertundukkan.
Kembali kepada ungkapan Ahli Kitab, seberapa kredibilitas makna dari kata ahli diperbandingkan terhadap bidang yang dianggap suci yaitu kitab (sakral). Ungkapan Ahli Kitab tentu menjadi bukan suatu ungkapan sederhana, sebab ahli sejatinya menuntut tidak hanya penguasaan, kemampuan, namun juga totalitas terhadapnya baik perbuatan, perkataan, terlebih hati (iman).
Sehingga amanah bagi para pemangkunya bukan suatu yang sepele. Ibarat dalam urusan dunia, seorang ahli setir atau disebut sopir, tidak hanya pintar menyetir, namun juga terhadap Medan yang ditempuh atau bahkan mungkin juga kendaraannya. Begitu juga yang lainnya seperti pilot, nahkoda, pedagang, dan lain sebagainya.
Mengingat tanggungjawab yang besar sebagai yang ahli, maka Ahli Kitab adalah mereka yang bertanggungjawab yang besar dan tidak dapat main-main serta serampangan yang merusak, semena-mena dan membawa kebinasaan, "a'uudzubillah dari itu semua!. (*)