Rakyatterkini (Jakarta) Sore kemarin, beredar berita pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium. Kenaikan direncanakan 7 persen.
Dalam rencana awal, pemerintah menaikkan harga premium tersebut mulai pukul 18.00, Akibatnya, masyarakat menyerbu berbagai Stasiun Pengisian Bahanbakar Umum (SPBU). Antrean panjang pada sejumlah SPBU pun nyaris tak terelakkan.
Beberapa saat setelah berita kenaikan berpendar di berbagai media online atau sebelum pukul 18.00, tiba-tiba pemerintah membatalkannya. Ditundanya kenaikan harga premium itu atas arahan Presiden Joko Widodo.
“Sesuai arahan Bapak Presiden rencana kenaikan harga Premium di Jamali (Jawa, Madura dan Bali) menjadi Rp7.000 dan di luar Jamali menjadi Rp6.900, secepatnya pukul 18.00 hari ini (kemarin, red), agar ditunda,” kata Menteri ESDM Ignasius Jonan, dikutip dari detikFinance, Rabu (10/10).
“Jadi Pertamina butuh waktu untuk perhitungan. Jadi untuk sementara ditunda sampai Pertamina siap,” tambah Jonan.
Sebelumnya direncanakan kenaikan harga Premium berlaku pukul 18.00 WIB, Rabu (10/10) menjadi Rp7.000 per liter di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) serta Rp6.900 per liter di luar Jamali.
Jonan mengatakan, kenaikan ini untuk mengimbangi kenaikan harga minyak dunia. “Terakhir itu dengan mempertimbangkan bahwa brent itu sekitar US$ 85, kenaikan harga minyak mentah brent dari awal tahun sampai sekarang hampir kurang lebih 30%. Kalau lihat ICP hampir 25% dari US$ 60 sampai sekarang sekitar US$ 74,88,” kata Jonan.
Mengingat, sebagian besar bahan dasar untuk memproduksi BBM di Indonesia sangat bergantung oleh impor, maka kenaikan harga BBM jenis Premium tidak bisa dihindari. “Jadi ini pertimbangannya ICP juga sudah naik, karena Pertamina belinya juga bagian negara berdasarkan ICP,” tuturnya.
Ia pun meminta pengertian masyarakat atas keputusan pemerintah tersebut. Besaran kenaikannya pun lebih rendah dibandingkan kenaikan harga minyak mentah Indonesia.
“Premium tidak ada subsidi, ya harganya harus disesuaikan kenaikan ICP (Indonesia Crude Price) saja 25%, harus ada pengertian masyarakat, penyesuaiannya 7%,” tandas dia. (*)