Lubuk Basung, Rakyatterkini.com— Bupati Agam, Benni Warlis , menjadi pembicara utama dalam webinar nasional Bincang Tani Seru bertajuk “Sawah Pokok Murah Mendukung Swasembada Beras”, yang digelar pada Senin (30/6), langsung dari Ruang Rapat Bupati Agam di Lubuk Basung.
Webinar ini diikuti oleh para kepala daerah dari berbagai penjuru Indonesia, serta melibatkan unsur dinas pertanian, penyuluh, akademisi, kelompok tani, hingga pelaku usaha di sektor pangan.
Selain Bupati Benni, turut hadir sebagai narasumber Dr. Abdul Roni Angkat, S.TP., M.Si., selaku Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, serta Ir. Djoni, pencetus konsep Sawah Pokok Murah sekaligus Pembina Yayasan Dangau Inspirasi Riset dan Pengembangan Pedesaan (YDIRPP).
Dalam paparannya, Dr. Abdul Roni mengungkapkan lima strategi utama penguatan subsektor serealia—padi, jagung, dan sorgum—sebagai fondasi ketahanan pangan nasional. Strategi tersebut mencakup solusi terhadap tantangan produksi seperti alih fungsi lahan, dampak perubahan iklim, dan keterbatasan sarana pertanian, hingga penguatan teknologi produksi seperti penggunaan benih unggul, pemupukan berimbang, mekanisasi, serta optimalisasi irigasi. Juga ditekankan pentingnya hilirisasi, digitalisasi data pertanian, dan perlindungan petani melalui asuransi serta cadangan benih nasional.
“Kami butuh kolaborasi semua pihak agar ketahanan pangan tak hanya terwujud, tapi juga berkelanjutan dan berpihak pada petani,” ujar Dr. Roni.
Sementara itu, Bupati Benni Warlis menyoroti keberhasilan program Sawah Pokok Murah (SPM) sebagai solusi pertanian padi yang murah, efisien, dan ramah lingkungan. Inovasi lokal ini menggabungkan tiga pendekatan utama: Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT), System of Rice Intensification (SRI), dan Jajar Legowo.
“SPM terbukti menurunkan biaya produksi, mempermudah kerja petani, namun hasil panennya tetap tinggi. Jerami dimanfaatkan sebagai mulsa, tanah tak perlu dibajak, dan kebutuhan pupuk dikurangi hingga sepertiga,” jelas Bupati.
Ia juga menyoroti peran strategis Sekolah Lapang (SL) dalam memperluas penerapan metode ini ke seluruh nagari. Hingga Mei 2025, telah dilaksanakan 87 SL dari total 92 nagari dan 107 titik demplot SPM, berkat dukungan Dana Desa, APBD, serta swadaya petani.
Bupati turut memaparkan hasil konkret di lapangan, seperti yang dicapai Poktan Tuah Sakato (Baso) dengan hasil 9,5 ton/ha, Poktan Galundi (Banuhampu) 8,2 ton/ha, dan Poktan Bundo Kanduang (Baso) 8,0 ton/ha.
Secara ekonomi, metode MT2 dalam program ini mampu menekan biaya produksi menjadi Rp1,9 juta per 1.000 m², menghasilkan keuntungan hingga Rp4,6 juta dengan Benefit/Cost Ratio sebesar 2,45—menandakan efisiensi yang tinggi dan layak secara finansial.
Tak hanya dari sisi ekonomi, Bupati juga menekankan manfaat ekologis dari penerapan SPM. Keanekaragaman hayati mulai pulih, dengan meningkatnya populasi mikroorganisme tanah, serta munculnya musuh alami seperti laba-laba dan capung. Bahkan, sejumlah petani merasakan tambahan nilai ekonomi melalui kehadiran ikan dan belut di area sawah mereka.
Bupati Benni menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung suksesnya program ini, mulai dari OPD, camat, walinagari, penyuluh, hingga kelompok tani dan masyarakat.
“SPM dan Sekolah Lapang adalah gerakan akar rumput yang lahir dari nagari untuk negeri. Ini adalah kontribusi nyata Kabupaten Agam untuk mewujudkan Asta Cita, RPJMN 2025–2029, dan Visi Indonesia Emas 2045,” tutupnya.
Berkat capaian tersebut, Kabupaten Agam kini dinilai sebagai salah satu model nasional dalam mendukung swasembada beras dan ketahanan pangan berkelanjutan.(da*)