Notification

×

Iklan

Produksi AS Naik, Tekan Harga Minyak Mentah

Selasa, 01 Juli 2025 | 06:33 WIB Last Updated 2025-07-01T00:55:02Z

Minyak Mentah

Jakarta, Rakyatterkini.com – Harga minyak dunia mengalami penurunan tipis pada Senin (30/6/2025), dipicu oleh meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan spekulasi pasar mengenai potensi peningkatan produksi oleh OPEC+ pada Agustus mendatang.

Meski Brent dan WTI mencatat koreksi mingguan terbesar sejak Maret 2023 pada pekan sebelumnya, keduanya tetap mencatat kenaikan bulanan untuk bulan kedua berturut-turut. Brent mencatat kenaikan sekitar 6 persen, sementara WTI naik sekitar 7 persen.

Kontrak Brent untuk pengiriman Agustus ditutup turun 0,2 persen ke posisi USD 67,61 per barel sebelum masa kontraknya berakhir. Sementara itu, kontrak Brent yang lebih aktif untuk pengiriman September berakhir di angka USD 66,74. Harga minyak mentah jenis WTI turut melemah 0,6 persen dan ditutup pada USD 65,11 per barel.

Ketegangan yang sempat meningkat akibat serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni lalu, mendorong harga minyak menembus level USD 80 per barel. Namun, harga kembali terkoreksi ke kisaran USD 67 seiring tercapainya kesepakatan gencatan senjata.

“Kesepakatan gencatan senjata yang dicapai dengan cepat tampaknya masih bertahan. Hal ini menyebabkan premi risiko pasokan yang sempat muncul, kini menghilang dengan cepat,” ujar analis Again Capital, John Kilduff.

Sementara itu, produksi minyak mentah Amerika Serikat terus mencetak rekor tertinggi, mencapai 13,47 juta barel per hari pada April 2025. Angka ini meningkat dibandingkan produksi Maret yang berada di level 13,45 juta barel per hari, berdasarkan laporan *Petroleum Supply Monthly* dari Badan Informasi Energi AS (EIA). Kilduff menambahkan, lonjakan produksi ini turut menekan sentimen pasar pada awal pekan.

Empat sumber internal OPEC+ mengungkapkan kepada Reuters bahwa aliansi produsen minyak tersebut berencana menambah produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Agustus, melanjutkan tren peningkatan produksi yang telah berlangsung sejak Mei.

Jika rencana ini disetujui, total tambahan produksi OPEC+ selama tahun 2025 akan mencapai 1,78 juta barel per hari — setara dengan lebih dari 1,5 persen dari total permintaan global.

“Tekanan dari sisi pasokan belum sepenuhnya tercermin dalam harga saat ini, sehingga harga minyak masih rentan terhadap potensi pelemahan lebih lanjut,” jelas Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.

Pertemuan lanjutan OPEC+ dijadwalkan berlangsung pada 6 Juli mendatang.

Meski begitu, analis UBS Giovanni Staunovo menilai bahwa kondisi pasokan global secara keseluruhan masih cukup ketat, meskipun terjadi peningkatan produksi.

Survei yang dilakukan Reuters menunjukkan bahwa produksi OPEC meningkat selama bulan Mei, namun masih dibatasi oleh pemangkasan dari negara-negara anggota yang sebelumnya melampaui batas produksi yang ditetapkan. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, misalnya, hanya menambah produksi dalam jumlah terbatas, masih di bawah batas maksimal yang diperbolehkan.

Kazakhstan yang dikenal kerap melebihi kuota OPEC+, diperkirakan akan melampaui target produksinya sebesar 2 persen tahun ini. Hal ini seiring dengan meningkatnya output dari ladang minyak utama negara tersebut di wilayah Laut Kaspia, menurut estimasi Reuters berdasarkan data dari perusahaan energi negara KazMunayGaz.

Dalam survei yang melibatkan 40 ekonom dan analis pada bulan Juni, harga rata-rata Brent diperkirakan mencapai USD 67,86 per barel sepanjang tahun 2025, naik dari proyeksi Mei sebesar USD 66,98. Adapun rata-rata harga WTI diproyeksikan berada di kisaran USD 64,51, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar USD 63,35.(da*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update